Turis dan Sepupunya
21 April 2013
Location : Top Pot Doughnuts, around Seattle Downtown, Pike Market
(Public Market center), Seattle Aquarium, Seattle Shirt Company, Starbucks near
harbor, Argosy Cruises, Red Robin Restaurant near harbor, Starbucks first
coffee shop at Pike, Piroshky Russian Cuisine, Wall of Gum at Pike, around University
of Washington (UW)
Selamat pagi Seattle!
Matahari.. Akhirnya Seattle cerah kembali, sudah tidak mendung,
gloomy, dan gerimis. Huaaaaa.. Hari ini merupakan hari off alias hari menjadi
turis, sekaligus hari terakhir kami di Seattle. Yap, perjalanan kami memang
singkat-padat-jelas, tidak lama-lama cukup 6 hari saja di sini, segitu saja
kami sudah senang bukan main bisa dapat kesempatan untuk mengunjungi Tante
Amerika, bisa bertemu dengan Ms. D dan orang-orang luar biasa di konferensi. 3
hari konferensi kemarin betul-betul menginspirasi, kami mendapatkan role model
dan bayangan menjadi akademisi yang baik (dan keren) hahahha..
Malam ini kami sudah tidak menginap di hotel, penerbangan kami memang
sengaja dibuat subuh sekalian di tanggal 22 April supaya kami gak usah nginep
lagi tapi tetep bisa jalan-jalan. Hari ini rencananya kami akan menelusuri
wilayah harbor, dan siang hari nya, kami akan bertemu dengan
sepupu saya, namanya Hans. Dy sekolah di sini, sekarang masih college di daerah
Shoreline (utara Seattle). Tapi berhubung lagi-lagi karena saya gak punya
handphone jadi memang saya agak rempong juga ni bikin janjiannya, bergantung
pada wi-fi gratisan dan tab pinjaman Mr. TPLP.
Oya, sebelum beranjak ke hari ini, sekilas cerita tentang hari kemarin
lagi ya. Hahahha.. Jadi setelah perpisahan dengan Ms. D kemarin itu, Dicky-saya
sedih-sedih gitu di hotel. Habis itu karena kami belum beli oleh-oleh buat
sodara dan segenap kawan-kawan plus bingung juga sebenarnya oleh-oleh dari
Amerika itu apa yaaaa.. Jadilah kami ke supermarket terdekat dan membeli
makanan2 yang ‘made in USA’ hahahahah.. Broooo.. Saking udah gak tau deh mau
beli apaan. Lainnya? Buat keluarga, tempelan kulkas dan kaos. Sudah mana di
sini juga mahal-mahal jadi kita itung2an banget pas beli oleh-oleh hahaha..
Maklum, kita pergi kan pake uang orangtua Jeung.
Sepulang dari Walgreens kami packing barang. Pas ngecek kulkas, Dicky menemukan
roti naan kami (beli di resto India) masih ada, lupa dimakan. Berhubung Dicky
kelaperan, hore banget kan dy, dan memutuskan untuk mengahangatkan kembali si
roti di microwave. Sebelum membaca kelanjutan cerita, tahan nafas dalam-dalam
ya. Jadi, dimasukkanlah si roti ke microwave, sambil nunggu bunyi, Dicky
nyetrika, saya sendiri masih ngepack2 barang sambil dalam hati bersyukur bawa
koper gede, karena semuanya jadi muat di dalam 1 tas hahahahah.. Gak lama
kemudian, kami mencium bau-bau roti, tapi koq lama-lama bau gosong. Ajib.
Ternyata! Microwave kami berasep. Panik plus parno, si Dicky loncat ngebuka
microwave, ternyata tu roti naan kebakar, terus matiin listriknya. Lalu, kamar
pun menjadi berasap plus alarm kebakaran bunyi keras banget. Apa yang terjadi
selanjutnya?
Saya nyoba buka jendela tapi gak bisa, ternyata jendelanya emang gak
bisa dibuka lebar-lebar, terus, di luarnya ada kasa juga. Dicky ngipas2 asep
pake koran gratisan dari hotel, saya juga ikut2an ngipasin supaya ni alarm
kebakarannya berenti. Amit2 deh kalo sampe sprinkler nya nyala. Ya Tuhaaannn..
Dosa apa kami ini, sudah mau pulang dikasih kejutan. Hahahahhaha.. Setelah
keadaan mulai kondusif, saya baru ngeh dari Dicky kalo ternyata tadi itu
masukin rotinya plus dengan kertasnya. Hyaaaa.. Ya iya lhaa yaaa kebakaran!
Semalaman Dicky merasa bersalah gitu, dy juga takut didenda, karena dendanya 20
dollar.
Pagi ini, ketika kami melunasi pembayaran hotel dan nitip barang untuk
diambil nanti malamnya, sudah takut-takut saja dimarahi karena kejadian semalem
dan kita didenda, paling parah jadi diblacklist deh gak boleh nginep di situ
lagi. Huaaaaaaa.. But, semuanya berjalan baik-baik saja, si receptionist masih
senyum2 ramah saja seperti hari-hari kemarin. Whaattt theeee.. Glory to God deh
! Syukurlah tidak jadi masalah. Selesai pembayaran dan penitipan barang,
pergilah kami keluar dari hotel dengan hati lega.

Top Pot Doughnuts - best in town !
pohon biru-biru gak ngerti juga makna nya apaan
Di Pike Market, kami mampir ke toko souvenir murah (lagi), dan membeli
beberapa barang oleh-oleh. Lalu, kami langsung capcus ke arah Seattle Aquarium.
Kami kembali memakai tiket CityPass kami asik-asik. Pas menyebrang jalan ke
Seattle Aquarium, ada kejadian mengagetkan, jadi pas nyebrang, tiba-tiba ada
seagull (burung laut) tiba-tiba jatuh gitu di jalan, gak tau napa, tapi masih
hidup. Akhirnya se-jalan heboh semua gitu, nah, orang-orang pada ngebantuin lho
mindahin burungnya. Baik ya. Gak ditinggal gitu aja. Wow! Saya takjub juga.
Seattle Aquarium, dari luar bangunannya ala country gitu deh,
Kayu-kayu dan terkesan jadul. Dibilang luas juga tidak terlalu, biasa saja.
Dalamnya, fasilitasnya sangat mendidik, tiap ekshibisi dijaga oleh staff nya
yang kooperatif dan sabar menjawab pertanyaan2 yang diajukan pengunjung (orang
Amerika, kritis-kritis, suka nanya). Lalu, di dalam sini juga rame dengan suara
kehebohan anak-anak. Saya, yang udah lama banget gak ke tempat kayak gini, liat
ikan, hewan laut dll, jadi excited heboh juga. Wkwkwkkwkwkw.. Rasanya marine
park itu ageless deh.
Di Seattle Aquarium saya baru liat secara langsung ada burung bisa
nyelam dan berenang namanya Tufted Puffin, terus saya juga baru liat otter (berang-berang), yang
ternyata ada otter laut dan otter sungai yang memiliki ciri khas
masing-masing. Keduanya lucu plus imut-imut gitu. Oya, otter ini maskot
kebanggaan dari Seattle Aquarium. Yang lainnya yang saya suka gitu, ada
ekshibisi tentang ikan salmon, ternyata ikan salmon ini vital lho keberadaannya
dalam menjaga ekosistem laut (Seattle).
Selesai dengan binatang laut, lalu Dicky-saya muter-muter sekitaran
harbor yang pemandangannya juga bagus. Dan selanjutnya kami memutuskan nunggu
sepupu saya dulu di Starbucks dekar harbor itu. Tapi ditunggu beberapa lama dy gak
dateng-dateng kan ya. Ydh habis itu, kami memutuskan untuk liat-liat toko
souvenir (Seattle T-Shirt Company) di sebelah Starbucks (dan saya laper mata deh sungguhan, habisnya barang-barangnya lucu-lucu banget) setelah itu lalu naik
Argosy Cruises, makan, dan setelah itu baru ke Starbucks lagi nunggu sepupu
saya.
Argosy Cruises ini semacam tur lihat Seattle dari laut. Kami diangkut
pake feri gitu muter-muter teluk sambil mendengar penjelasan seputar kota dari
sang kapten kapal. Tur ini memakan waktu 1 jam. Memang agak medayu-dayu
kapalnya, tidak cepat, tujuannya agar penumpang bisa menikmati pemandangan. Hohohohoh..
lalu dipertengahan perjalanan, sang kapten mematikan mesin, dan mempersilahkan
penumpang untuk naik ke deck kapan untuk berfoto dan menikmati pemandangan
secara langsung. Waaaa.. Memang benar lho bagusnya. Sayang, pas naik Argosy,
Dicky agak mabuk laut dan pusing, jadi saya muter-muter dan foto2 sendirian deh
plus diajakin ngobrol jg sama bule suami-istri gemuk yang berasal dari Kanada.
Hahhahahah..
Argosy cruise tur, cocok untuk keluarga
Finally, sudahan juga tur kapalnya, dan kami lapar, kami memutuskan
untuk makan di Red Robin, semacam resto fastfood gitu. Restonya oke banget,
lucu deh ruangannya seperti sirkus. Lalu, resto ini rame banget, jadi kami
harus agak sabaran untuk menunggu antrian tempat duduk. Nah, ada kejadian lucu,
sepertinya sang waitress mengira kami di bawah umur deh (berhubung kami ini
pendek, plus berpakaian so-high school – jaket, jeans, kets). Dy tidak menawari
kami minuman beralkohol, dy menawari kami milkshake dan air putih.
Hahhahahahaha.. Oke, mungkin tampang kami juga innocent kali ya.
Sekitar hampir jam 4 kami selesai makan, lalu, kami lagi-lagi ngecek Starbucks.
Apakah sepupu saya ini udah datang apa belum. Daaannn.. Ternyataaaaa.. Sudah
datang ! Wkwkwkwkw.. saya sudah agak lama juga gak ketemu Hans, jadi pas ketemu
agak heboh gitu deh. Huaaaaa.. Tidak menyangka bisa ketemunya malahan di
Seattle. Ternyata sekarang juga dy udah gede dan gaul abiz gitu. Hahahha.. Liat
rambutnya berjambul gitu maaannn.. Singkat cerita, untuk beberapa jam ke depan
ini Hans menjadi tour guide kita. Hahahhaha..
Ketika ditanya, Dicky-saya mau kemana, sebenarnya bingung juga sih,
perasaan soalnya udah kita datengin semua. Hmmm.. Setelah dipikir-pikir, okay,
kita masih penasaran dengan kayak apa sih warung Starbucks pertama di dunia
itu. Hans mengantar kami ke sana, dy sambil ngutak-ngatik iphone nya hahahah..
Pake GPS biar gak nyasar. Gak berapa lama sampailah kami di sana, tokonya kecil
banget, tapi rame nya broooo.. Huaaaaa.. Ngantri sampe keluar toko. Kita
geleng-geleng aja. Poto2 bentar lalu pergi deh. Yang penting udah liat dan udah
foto deh. Tidak jauh dari situ ada toko roti Rusia Piroshky yang katanya rotinya enak.
Hans membelikan Dicky-saya smoked piroshky. Rotinya padat dan pulen, enyak..
enyakk.. Sehabis itu kami jalan menuju ke Wall of Gum yang berada di basement
luar Pike Market. Weeee.. Di sini, ada yang foto pre-wed juga, bikin heran juga
ni, ngapain ya pre-wed di tempat gross begini. Kan jijik banget tu permen
karetnya di seluruh dinding ahahahaa.. Mungkin di situ kali ya art-nya. Di Wall
of Gum ini orang-orang biasanya makan permen karet dan nempelin permen
karetnya di dinding, pokoknya heboh banget deh dindingnya. Warna-warni kalo di
liat dari jauh, pas di deketin hyahayaahahha.. Bekas permen karet dimana-mana.
Unik-unik.
bersama Hans, sang sepupu, di Wall of Gum
kiri : toko Starbucks pertama di dunia ; kanan : roti Piroshky yang enak
Sehabis ini tadinya Dicky-saya memang minta diantar ke Chinatown-nya Seattle
tapi kata Hans gak ada apa-apa di sana. Alhasil Hans memberi alternatif lain
yaitu short-trip ke University of Washington (UW) wow! Sepertinya seru nih.
Lalu, kami naik metro untuk ke sana, agak jauh memang dari downtown ke UW. Sekitar
20 menit naik metro untuk sampai ke sana. UW letaknya di University District - utara
Seattle. Asik-asik tour de campus..
UW merupakan univ terbaik se-Washington. Kayak UI nya Endonesa gitu. UW
itu biasa disebut UDub (yudab – dab dari pronounciation W). Kampusnya luas
banget, sampe punya distrik tersendiri gitu. Kalo mau muter-muter kampusnya,
butuh waktu seharian. Kampusnya berdiri dari tahun 1800-an jadi gak heran kalo
bangunannya jadul dan gothic gitu. Keren si kayak di film Harry Potter
hehehehhee.. Salah satu contohnya adalah perpustakaannya ; Suzzallo Library.
Bangunan lainnya juga klasik dan keliatan terawat. Di sini banyak taman, ada
salah satu taman namanya The Quad, yang dikelilingi pohon cherry blossoms yang
besar (kata Hans sampe bisa dipanjat) kalo pas berbunga keren banget, sayang
pas kami ke sana, musim bunganya udah selesai. Kami juga sempet duduk-duduk
sebentar di kolam nya yang gede banget, kolamnya juga rame dengan burung seagull.
Petualangan ke kampus orang bikin iri tersendiri hahahhaha.. Malah
jadi ngebayangin kalau sekolah di sini seru kali ya. Apalagi saya dengar UW itu
univ di Amerika dengan anggaran riset yang paling besar. Waaahhhh.. Bisa nih,
jadi salah satu pilihan untuk sekolah lanjut. Btw, sepulang dari muter-muter UW
kami makan sebentar di warung ramen deket-deket situ. Hans dan saya juga banyak
mengobrol tentang update info keluarga kami, ngomongin sepupu2, sekolah, dan
lain-lain. Senang juga bisa mengobrol banyak dengan sepupu sendiri.
Bus kami untuk pulang ke downtown datang. Dan saya siap-siap untuk say
good bye kembali. Thanks banget untuk Hans sudah menemani Dicky-saya
jalan-jalan sebentar di sisi kota Seattle yang lain. Turun dari bis dan
berpisah dengan Hans yang juga langsung pulang ke Shoreline, saya jadi sedih.
Hmmm.. Waktunya meninggalkan Seattle pun tiba. Dicky-saya melangkahkan kaki ke arah
hotel untuk mengambil koper kami, kami pun sudah minta ke receptionist untuk
dipesankan taksi ke bandara Tacoma jam 10 malam. Jalan kaki terakhir di kota Seattle.
Kalau waktu pertama kali kami datang kami terburu-buru, kali ini langkah kaki
jadi melambat, sehingga kami sempat menikmati senja.
pemandangan kota - last capture
‘Your taxi will be here at 10 minutes’
‘Okay, thanks’
Datang lah si taksi putih berbodi bongsor, yap, kalo taksi buat
nganter ke airport bukan taksi kecil warna kuning, mobilnya persis kayak mobil
yang mengatar Dicky-saya dari bandara ke hotel. Saya mengambil tempat duduk di
tengah. Penumpang mobil 4 orang, kami berdua dan dua cowok bule ganteng. Selama
perjalanan dari hotel ke airport saya merasa antara senang dan sedih. Senang
bisa pulang kembali ke rumah Ibu Pertiwi, tapi juga sedih karena meninggalkan Seattle,
rumah Tante Amerika. Mobil kami melewati Seattle Great Ferris Wheel (bianglala
Seattle yang terletak di pinggir laut), lampunya terang sekali dan ramai. Saya
jadi ingat, saya belum coba naik ferris wheel, yang satu ini kelewatan
hahahaha.. Okay, no prob, next time.
best regards,
puji wijaya, hari melancong selesai
Comments