Esc Day 3 ; The Bali Bikers

17 November 2012
“Naik motor di Bali? Jalannya mudah ya Pak Wayan?”
Tinna nanya ke Pak Wayan, pria paruh baya orang Bali aseli yang pekerjaannya menyewakan motor bagi para pelancong. Setelah nego-nego harga sewa motor untuk empat hari ke depan, kami dapat harga yang katanya ‘spesial’ – 40.000/motor/hari. Kata Pak Wayan sih, jarang-jarang dy kasih harga segitu. Karena kita pinjamnya lama & dua motor sekaligus saja, jadinya dikasih harga segitu. Menurut beliau, kalau mau jalan-jalan di Bali paling enak pakai motor, berhubung sekarang jalan-jalan di Bali suka macet apalagi daerah sekitaran Kuta, Legian, Seminyak, Denpasar, jadi kan bisa nyelip-nyelip. Kalau pake mobil enaknya kalau mau keluar yang jauh kayak ke Singaraja ato Bedugul. Bisa juga pake mini-bus, Perama Tours, hanya harganya agak mahal. Jalannya juga mudah, banyak papan petunjuk, jadi tidak mungkin nyasar. Dan apa yang dikatakan Pak Wayan soal jalan, memang benar.

Hari Ketiga di Bali ini kami mau menjelajah daerah Jimbaran. Berbekal peta dari internet dan peta gratisan (dapet ambil di tempat penginapan). Kami siap deh buat menuju Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park dan Pura Uluwatu. Jimbaran itu letaknya di peta Bali yang bentuknya kayak ayam itu, di sebelah selatan alias tepat di kaki ayamnya. Perjalanan ke Jimbaran pun lancar, meski pake acara tanya-tanya orang juga, dan tips ya teman-teman, ketika tanya jalan ke orang Bali tolong sejelas-jelasnya dan tegaskan jawaban mereka dua sampai tiga kali. Pengalaman kami, kadang menyesatkan juga petunjuknya, pertigaan dibilang perempatan, kiri dibilang kanan, dll.  Hawhawhawhaw..

Setelah melewati jalan besar bypass dan jalan raya yang kalo diliat-liat mirip jalan ke arah Kaliurang di Yogyakarta, lalu pake acara digodain tentara muda di jalan, kami sampai di GWK yang luasnya bujubuneng deh. Enaknya ke sini dari pagi-sore. Biar bisa menikmati banyak pertunjukkan budayanya di amphitheatre dan puas jalan-jalannya antar situs. Masuk GWK bayar 35.000 (weekend bo!) mahal juga ya. Di GWK, kita bisa liat patung segede-gede gaban. Patung wisnu, patung Garuda, lalu pemandangan barisan bukit kapur (yang ternyata itu dibuat sedemikian rupa, saya ketipu kirain dari sononya) keren & asik buat photo-spot. Namun agak malesnya, ketika di patung, kita mesti rebutan foto sama orang lain, jadi emang ni patung ga ada sepinya deh. Hehehehehe.. Oya, pakai sunblock & bawa topi, matahari terik lho di sini.

 Nina & Tinna di GWK, heyho!

 Sebaca saya di museumnya, GWK itu katanya mau dibuat setinggi 75 m, mau ngalahin Patung Liberty. Dan digadang-gadang jadi ikon pariwisata Pulau Bali. Dan.. Katanya, bisa dilihat dari angkasa lho ni patung saking gedenya. Tapi.. Sampe kemarin saya mengunjunginya pun (Nov2012.red) belum jadi patungnya, masih bagian per bagian. Yaaa.. Semoga cepat kelar ya ni proyeknya ehehehehehe.. Blm lagi, bukit kapurnya pun mau diukir relief tentang cerita Mahabarata yang terkenal itu. Weleh.. Weleh kita tunggu saja ya kabar berita jadinya nanti.

Bukit Kapur GWK, berasa time traveler

Karena hari ini Tinna-Nina-saya agak kejar2an dengan waktu untuk ke Gereja sore di daerah Kuta, maka di GWK kami ga lama, langsung capcus ke Pura Uluwatu. Jalannya untungnya mudah, jadi sekitar 15 menit kami udah nyampe. Nah, di jalan mau ke Pura Uluwatu ini banyak resort2 mahal yang sering dijadikan private party pernikahan artis2 baik Indonesia maupun manca negara. Di Pura Uluwatu, kita bayar 15.000. Dan kita wajib mengenakan kain Bali, bagi yang bercelana pendek pakai kain yang panjang (ungu), kalo yang udah pake celana panjang cukup pakai yang selendang saja (kuning). Sebelum masuk kita disambut oleh monyet-monyet (agak liar si) di tamannya yang disebut Alas Kekeran. Hati2 jangan pakai anything yang bling-bling, soalnya bisa diambil sama monyetnya. Pemandangan dari Pura Uluwatu ini bagus, karena menghadap langsung ke Samudera Hindia. Lautnyaaaaa.. Seakan-akan memanggil-manggil deh, jadi pengen nyelup. Hwhwhwhwhw..

Segarnya lihat laut di Pura Uluwatu

Nah, teduh menikmati Pura, kami capcus langsung ke Jalan Kartika Plaza di Kuta. Kami berencana untuk ikut misa Sabtu sore jam 5 di Gereja St. Fransiskus Xaverius Kuta (disingkat FX Kuta). Perjalanan Jimbaran-Kuta sekitar 30 menit. Kami sempat agak nyasar juga, maklum bekal kami cuma peta bo. Belok sana belok sini, feeling2an jg si cari jalannya hahahahah.. Keliatan jg tu atap dari Gereja FX Kuta.

Gereja FX Kuta tampak luar, megah ya

Gereja FX Kuta mengingatkan saya dengan Gereja Santo Yosef Cirebon. Mrip kah? Gak jg si, hanya karena sama-sama ber-AC Gerejanya. Hehehehehe.. Bangunan FX Kuta kelihatan sekali kalo Gereja ini habis renovasi, kelihatan barunya. Di depan Gereja, ada dua patung besar di kiri dan kanan, yaitu patung Bunda Maria dan St. Petrus, di atas tengah ada patung Yesus dan malaikat yang kayak lagi terbang sambil memberkati kami umatnya yang mau masuk ke ‘rumahnya’. Bangunan luar berwarna putih bersih, interiornya juga bertema putih dan cokelat. Furniturnya sebagian besar memakai kayu, begitu pula dengan mediator jalan salibnya, berupa kayu yang diukir gambar peristiwa penyaliban Yesus. Daaannn.. Gerejanya harum teman-teman.

Aaaaa.. Bagus ni kalo buat pemberkatan pernikahan di sini

Kebetulan koor misa ini merupakan koor tamu, mereka adalah Ibu2 dan Bapak2 yang berasal dari salah satu paroki Jakarta. Biar usia mereka sudah tidak muda, tapiii suaranya menggelegar sekali lho. Selesai misa kami standing applause deh. Lagu-lagu yang dipilih catchy, sebagian besar berbahasa Inggris (tepat sasaran, karena banyak bule yang misa di sini) serta penampilan mereka enak dilihat. Pakai baju batik kembaran gitu. Hwaaaaaaa.. Keren! Namun, sayangnya, homili yang dibawakan Romo kurang nanclep di hati karena Romo nya homili berdasarkan teks. Oya, yang mengagumkan lagi, lektornya, ajib ganteng banget *gagal fokus saya* ahhahahahha..

Misa pun selesai dan kami mau cari makan, sehabis itu langsung pulang ke penginapan. Saya suka sekali dengan Jalan Kartika Plaza karena jalannya ramai, ramainya karena banyak yang jualan makanan. Biar kata, untuk kali ini saya tidak bisa beli itu makanan (mahal2..) tapi liatnya saja, saya sudah senang koq. Hahahahaha.. Di sini juga ada Discovery Mall yang bikin penasaran, tapi sayangnya kami ga masuk ke dalamnya. Lalu, karena kami bingung mau makan apa, berhentilah kami di salah satu pusat keramaian di jalan yang udah dekat dengan pantai Kuta. Nah di sinilah saya makan telur penyet termahal sepanjang hidup saya, 10.000/porsi. Ingat ini hanya telur penyet lho! Lalu, di sini juga saya sudah mulai-mulai merasa ada keganjilan pelayanan antara turis domestik dan turis asing. Habis koq waiternya kayaknya gimana gitu ya sama kami, tapi bisa sangat loyal dengan turis asing.

Malam hari ketiga akhirnya habis, kami kembali ke penginapan (pake acara nyasar), lalu Nina dengan polosnya ga inget gang penginapan kami, bablas deh. Huahahhahaha.. Lalu, kami mau ga mau muter lagi kan karena Jalan di Kuta itu one way. Yang ngeselin, muternya, kami harus lewat Jalan Legian yang, ehem.. Ramenya setengah mampus, dengan kanan-kiri diskotik, jadi kebayang kan gimana satu club dengan club yang lainnya sengaja memperkeras musiknya untuk mendapatkan pengunjung. Menarik si, warna-warni, lampu dimana-mana, full musik, banyak orang (banyak bule ganteng seliweran). So, Puji, you wanna join us? Gyahahhahahaaaaaa.. Sekali lagi, selamat datang deh di kehidupan malam Bali. *buru-buru mempercepat laju motor*

… to be continued

Comments

Unknown said…
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m