Esc Day 1 ; Balada Kereta Ekonomi
14 November 2012
Untungnya saja, kereta ekonomi sekarang sudah bernomor duduk, jadi tidak seperti dulu yang harus desek2an tingkat dewa. Semua orang kebagian tempat duduk. Di sepanjang perjalanan, banyak tukang jualan itu pasti. Saya menamakannya ‘throw party’. Berhubung semua barang yang dijual dilempar-lempar se-enak jidat ke penumpang kereta. Apa barang jualannya? Macam-macam. Mulai dari alat rumah tangga seperti sendok, garukan punggung, mesin jait tangan, sampai poster bergambar burung Tukan segede gaban.
Kegembiraan saya kembali berkobar ketika melewati Kota Surabaya. Saya
belum pernah ke Surabaya, jadi pas lewat ni, waaaa.. Rasanya pengen loncat dari
kereta dan turun di Surabaya saja. Oya, taukah anda, kalau di stasiun Surabaya
Gubeng itu ada vending machine. Hehehhe.. Saya heboh gitu pas liat, sampe saya
foto2 deh. Nah, dari sini kami melanjutkan 6 jam lagi perjalanan ke Banyuwangi.
Lalu, kami se-tempat duduk dengan seorang mahasiswa kimia ITS bernama Faisol
dan Ibu2 yang berasal dari Banyuwangi. Sepanjang perjalanan, kami ber-5 lalu
ngobrol, tentang kuliah tentang Banyuwangi dan tentang Bali. Faisol sendiri,
asli Banyuwangi, dy kuliah di ITS Surabaya, 1-2 minggu sekali pasti pulang
kampung. Jadi udah biasa banget dy pulang pake kereta Sri Tanjung. Dari Faisol
jg kami diajari, cara makan murah di kereta yaitu beli nasi bungkus saja 5000
perak, dijamin kebersihannya koq. Buktinya si Faisol baik2 saja tuh tiap
seminggu sekali makan tu nasi bungkus hehehhe..
Selain Faisol, banyak orang yang kami temui di kereta, termasuk Mbak2 Perawat yang sedang studi di UMY, Bapak Supir Bus yang kasih tau kami detail tentang lokasi stasiun dan pelabuhan Banyuwangi, keluarga doyan jajan yang jadi ‘tetangga’ kami, para pedagang – pengamen dengan segala tingkah laku uniknya serta ada satu yang menarik perhatian yaitu seorang anak kecil gendut yang sering banget mondar-mandir ke lavatory. Lucu-lucu deh. Sampai akhirnya kami sampai juga di Banyuwangi, disambut dengan pemandangan lampu kota dari atas rel kereta yang berada di bukit (lihatnya pake acara rebutan dengan Nina hahahhaha..). Kata Ibu2 yang duduk di depan kami, kalau pagi/siang pemandangannya bagus sekali, karena seperti lembah, dan rel kereta ini memang tinggi banget. Huaaaaaa.. Malam saja cantik, apalagi siang yaaaaa..
Hujan yang lumayan deras mengguyur Paingan dan sekitarnya, malam hari
sekitar jam setengah 9 malam saya dan Tinna otw ke kos Nina untuk menginap di
kosnya. Besok pagi kami harus bangun pagi dan sudah standby selambatnya jam
7:15 di Stasiun Lempuyangan. Kereta ekonomi Sri Tanjung yang akan membawa kami
menerobos jalan panjang dari Yogyakarta ke Banyuwangi. Tiket kereta ekonomi seharga makan 2 hari di Paingan yaitu 35rb,
lama perjalanan sekitar 15 jam. Jadi dapat dipastikan sampai Banyuwangi sekitar
jam 11-12an di tanggal 15 November 2012.
Di kamar Nina, kami, seperti biasa sindrom orang yang mau melakukan
perjalanan jauh, nervous. Tinna mendadak jadi pelupa, saya berasa lebih parnoan
dari biasanya, Nina yang tadinya suka insomn mendadak ngantukan, dsb. Tinna
ngecek tiket kereta api sampe 3 kali, takut tiketnya ketinggalan katanya.
Hahahahha.. OCD bener deh.
Kalo cewe-cewe, disatuin, ga mungkin deh kalo gak rumpi. Yang tadinya berencana
buat tidur cepet, kami malah gosip yang ngga-ngga, si itu lah, si anu lah,
wkwkkwkwkw.. Lalu, kami jg sibuk nelponin penginepan di Bali buat kroscek harga
hostel/losmen/homestay. Berbekal buku panduan liburan Bali pinjeman Ibu Kos
saya, kami dapet nomer2 telepon tu penginepan, tapi ternyata ni buku udah
kadaluarsa, harga di buku sama aslinya sudah berbeda jauh, naik 100% dalam
kurun waktu 2 tahun. Oh God! Trs, Tinna & Nina packing ulang karena ngerasa
tasnya gueeeddeee banget (emang iya sih banyak banget ya bawaannya) hehehhehe..
Saya sendiri bawa 2 tas (ransel yang beroda dan ransel biasa ukuran kecil) plus
selongsong sleeping bag. Di akhir waktu tanggal 14 kami pun masih sibuk
nge-print peta & rencana perjalanan. Hwhwhhwhw..
15 November 2012
Yap.. Hari nya telah tiba. Tidur empet2an ala ikan bandeng ga ngaruh,
habisnya kami udah kecapean semua deh gosip ngalor-ngidul, persiapan ini-itu
semalaman hahahhaha.. Jam setengah 6 kami bangun dan gentian mandi pagi.
Segarnya. Pesan taksi ke Stasiun Lempuyangan. Sesampainya, kami makan pagi dulu
di warung depan stasiun. Tunggu punya tunggu, ternyata kepergian kami dilepas
oleh Abang nya Nina, Abang di sini maksudnya pacar. Saya sendiri ga kepikiran
nyuruh si TPLP buat nyamperin saya di stasiun wkwkkwkwkw.. Si Abang kasih kami
bekal perjalanan (roti2 dan permen, banyak!), saya dan Tinna hanya memandangi
mereka berdua bertatapan dan melepas tawa, woooooo.. Ngirinya setengah mampus deh.
Tingtong setengah 8, kereta pun tiba. Daagghhh Abang, daaagghhh Jogja.
Kalo boleh sebut, alat transportasi yang paling mengasikkan, boleh lah
kereta ekonomi disebutkan. Mungkin cocok, kalau kereta ekonomi punya jargon ‘ekonomis
nan humanis’. Kenapa demikian? Karena, dengan harga yang murah, kita menemui
banyak orang di dalam kereta. Dan tidak jarang kalau kita malah jadi kenalan
dengan mereka dan berbagi cerita. Berbeda sekali bukan, dengan angkutan kelas
eksekutif yang individualis. Yang pasti, kita aware saja dengan siapa kita berbicara.
Tinna nyengir di kereta
Untungnya saja, kereta ekonomi sekarang sudah bernomor duduk, jadi tidak seperti dulu yang harus desek2an tingkat dewa. Semua orang kebagian tempat duduk. Di sepanjang perjalanan, banyak tukang jualan itu pasti. Saya menamakannya ‘throw party’. Berhubung semua barang yang dijual dilempar-lempar se-enak jidat ke penumpang kereta. Apa barang jualannya? Macam-macam. Mulai dari alat rumah tangga seperti sendok, garukan punggung, mesin jait tangan, sampai poster bergambar burung Tukan segede gaban.
Jam2 pertama, kami lumayan menikmati perjalanan kereta ini, tapi sudah
5 jam berlalu, rasanya bosen juga. Apalagi kami tau perjalanan ini masih 10 jam
lagi, hueeeeeeehhh.. Rasanyaaaaa.. Pingin punya pintu kemana saja nya Doraemon deh.
Apalagi cuaca di luar kereta sangat labil, panas gerah lalu tiba-tiba hujan deras,
sudah mana keretanya bocor2 pula & kipas anginnya kurang berfungsi dengan
baik hwhwhwhhww.. Kocak deh. Galau kami dibuatnya, Tinna sampai bilang : “Kereta
Sri Tanjung, jendela dibuka banjir, jendela ditutup panas”.
cuaca bikin galau, terdukung dengan koleksi lagu sedih di hape
wth! gueee pengeeennn cobaaaa..
Selain Faisol, banyak orang yang kami temui di kereta, termasuk Mbak2 Perawat yang sedang studi di UMY, Bapak Supir Bus yang kasih tau kami detail tentang lokasi stasiun dan pelabuhan Banyuwangi, keluarga doyan jajan yang jadi ‘tetangga’ kami, para pedagang – pengamen dengan segala tingkah laku uniknya serta ada satu yang menarik perhatian yaitu seorang anak kecil gendut yang sering banget mondar-mandir ke lavatory. Lucu-lucu deh. Sampai akhirnya kami sampai juga di Banyuwangi, disambut dengan pemandangan lampu kota dari atas rel kereta yang berada di bukit (lihatnya pake acara rebutan dengan Nina hahahhaha..). Kata Ibu2 yang duduk di depan kami, kalau pagi/siang pemandangannya bagus sekali, karena seperti lembah, dan rel kereta ini memang tinggi banget. Huaaaaaa.. Malam saja cantik, apalagi siang yaaaaa..
Tepat di pukul 11 malam, kereta pun berhenti di Stasiun Banyuwangi
Baru atau kadang disebut juga Stasiun Ketapang. Akhirnya, rasa lelah duduk 15
jam di kereta hilang sudah dengan melihat plang nama stasiun, tak percaya, kami
sudah berada di ujung paling Timur Pulau Jawa.
… to be continued
Comments