Pahawang, Snorkeling, dan Angkot Super

Badan masih terasa pegal bekas kemarin naik bis setengah hari ke Lampung. Namun, semangat ke Pulau Pahawang juga berkobar-kobar, kalah juga itu pegal-pegal dengan excitement plesir ke pulau. Pulau Pahawang, lagi nge-trend di jagad pariwisata nih. Anak-anak Jakarta banyak yang berkunjung kemari pas weekend, mungking mereka sudah bosen kali dengan Kepulauan Seribu sekarang pindah menjajah Lampung hahahha.. Saya yang bukan anak pantai, agak ketinggalan cerita tentang Pulau Pahawang, taunya juga telat pas di instagram sudah banyak yang nge-post. Liat di foto sih memang cantik sudah kayak di Lombok gitu, tapi ada beberapa teman yang merasa over-rated, ternyata Pahawang tidak sebagus yang digembor-gemborkan. Nah, lalu gimana ni menurut saya.

“Kita bersepuluh Jo, soalnya kalo kurang dari 10 jadi mahal bayarnya. Jadi 245. Jauh banget kan bedanya” kata Icott. Kami membayar per-kepala 145 ribu (per. Desember 2016), untuk memudahkan transportasi dll nya Icott mengatur jadwal dengan operator tur @pahawanglampung92. Sengaja pake operator di tanggal sebelum Natalan, untuk menghindari getok harga gila-gilaan. Kata Icott pas high-season (liburan akhir tahun) harga bisa naik dua kali lipat, baik nego-nego sendiri dengan yang punya kapal maupun pake operator tur. Waw, gak mampu kakak kalo sampe dua ratus ribuan. Sepuluh orang itu adalah Icott, Mama Icott, Adek Icott, Sepupu Icott, Bu Yuli (kolega Icott di sekolah) beserta dua anaknya, lalu Tina, Ndut, dan saya. Adek Icott, Andre, paling ganteng sendirian. Hahahaha.. Dari rumah untuk mencapai daerah teluk, kami carter angkot. Di sini lah kehebohan itu dimulai.

Angkot Lampung, yuk mareeee..

Angkot Lampung itu sesuatu sekali, sudah kemarin malam kita naik angkot disko, hari ini angkotnya juga yahud. Nama sopirnya si Raymond (jelas ini bukan nama asli, nama beken bok!) eh ditulis Remon aja.. Raymond kebagusan. Remon ini perawakannya kurus kecil, saya agak curiga doi ini narkoba-an, abis kayak junkie gitu bentukannya. Mari kita lihat si angkot, warna dasarnya sama dengan warna angkot teluk pada umumnya, warna abu-abu dan ungu. Tapi yang uhwow adalah terdapat gambar Dragon Ball di sisi angkot dan tulisan Sarkem United di sisi yang lain. Ya oloh! Sarkem itu kan tempat prostitusi di Jogja, napa kudu jadi hiasan angkot di Lampung. Icott dealing dengan Remon, karena dia yang paling nyambung diajak ngomong dibanding Abang Angkot yang laennya, jadi percayalah Remon ga bakal tepu-tepu kita.

Remon dan angkot super, on-time menjemput kita. Lalu perjalanan dihiasi haha-hihi dan saling berkenalan satu sama lain. Dipikir-pikir random pula kelompok trip kita ini, bercampur baur usia dan latar belakang.. Pada perjalanan, angkot super Remon mulai terdengar batuk-batuk, knalpotnya bletak-bletuk, rada takut juga meledak. Tiap dia nge-gas mesti knalpotnya batuk. Sampai di tengah jalan kudu diotak-atik mesin segala. Bersyukur kami bisa sampai dengan selamat ya di dermaga pemberangkatan ke Pulau Pahawang. Dari Bandar Lampung ke dermaga ini kira-kira 1 jam-an tergantung traffic. Di sini kami bertemu Mas Randi person in charge dari operator tur pahawanglampung92, dia kasih briefing singkat demi keselamatan dan kami pun foto-foto sebelum berangkat.

Full team. Andre paling cakep!

Mas Rendi ini hanya mengantar kami sampai naik ke kapal, selanjutnya kami ditemani oleh Mas yang nyupirin kapal (yang entah namanya siapa sebut saja Mas Kapal). Kami dibekali pelampung (masih bagus, layak banget dipakai), alat snorkel lengkap dengan sepatu katak, air minum, makan siang, dan kamera underwater merk Kogan (padahal dalam hati ngarep GoPro). Kami diajari juga cara mengoperasikan kamera tersebut sebelum berangkat, maklum pada katrok ga pernah pake kamera kayak gituan. Masing-masing dari kami pun membawa perlengkapan tempur masing-masing, saya sendiri siap sedia Gie – kamera digital kesayangan. Biar bisa jeprat jepret tanpa kehilangan momen. Singkat cerita lalu kami caw menuju Pulau Pahawang.

FYI, Pulau Pahawang berlokasi di Kabupaten Pesawaran yang letaknya gak jauh dari Kota Bandar Lampung. Ketika kita melihat peta Lampung, nah ada dua teluk yang seperti huruf M itu kan bentuknya. Nah Pulau Pahawang ini terletak di teluk yang sebelah kanan. Di situ memang banyak banget pulau-pulau kecil yang tersebar. Dalam trip ini kami bukan hanya ke satu pulau, tapi ke 3 pulau, Pulau Kelagin Lunik, Pulau Pahawang Besar, dan Pulau Pahawang Kecil. Pulau pertama yang kami kunjungi adalah P. Kelagian Lunik. Waktu tempuh dari dermaga ke pulau ini sekitar 1 jam, lumayan lama juga. Kami naik kapal bermesin, muat sampai dengan 15 orang, kemarin kami bersepuluh masih lega. Kapalnya tidak kecil, beratap terpal, dan seluruhnya terbuat dari kayu dengan pasak besi. Kira-kira kecepatan kapal 40 km/jam, kami bisa menikmati pemandangan, sekali-kali terkena air laut yang asin banget karena kapal menghempas ombak.

Sesampai di P. Kelagian Lunik, hal pertama tentu saja terkagum-kagum. Wah pantai nya bersih! Waktu itu masih pagi, tidak terlalu ramai. Pasir pantai putih mengkilat dan halus di telapak kaki. Air laut bergradasi dari biru ke hijau, cantik banget dan segar di mata. Ketika itu cuaca agak mendung, untung, jadi tidak terlalu panas, tapi dalam hati ngarep supaya tidak hujan ya. Ada gazebo-gazebo di sekitar pantai dan ada kantin juga, gazebo ini ternyata bayar – 20 ribu (per. Desember 2016). Tadinya kami kira gratisan wkakaka.. Lupa sob, mana ada yang gratisan yah di tempat wisata. Kenyang foto-foto dan berenang-berenang cantik di pulau kecil ini, kami lanjut ke Pulau Pahawang.

P. Kelagian Lunik so awesome!

Spot kedua adalah, perairan di dekat Pulau Pahawang Besar yang terkenal sebagai spot snorkeling. Hmmm.. Di sini rame banget bok! Udah kayak pasar apung, banyak sekali kapal-kapal berhenti. Wisatawan yang snorkeling? Banyak bener! Desek-desekan deh wkakka.. Saya baru pertama kali snorkeling nih! Adek saya juga. Dan ternyata pengalaman pertama juga buat sepupu Icott, Mama Icott, Bu Yuli beserta kedua anaknya. Well, saya gak tau gimana cara pake itu alat snorkeling (cupu dah!) akhirnya setelah bisa dan sedikit beradaptasi bernafas melalui mulut. Saya nyemplung juga! Awalnya merasa kesulitan mengendalikan sepatu katak yang berat, lalu nafas pakai mulut juga menantang ya. Kedalaman laut sekitar 3-4 meter aja, ga terlalu dalam. Buat yang pertama kali snorkeling, atau buat yang gak bisa/gak demen berenang, snorkeling ini cukup menakutkan. Pelampung yang kita pake cukup bisa menenangkan jiwa, gueh gak bakal tenggelam. Tapi saya sendiri agak kesulitan berenang karena pakai pelampung, pingin nyopot tapi koq masih parno.

Snorkeling in Pahawang (pilih spot yang sepi)

Keindahan bawah laut Pahawang sayangnya belum bisa saya share di blog ini. Si kamera underwater yang dipinjamkan ternyata tidak terpakai karena memory card rusak! Kejadian ini bikin kami bete juga sih. Jadi gak bisa foto-foto kan. Pengen rasanya, next time nabung untuk beli GoPro. Btw, berhubung saya baru pertama kali snorkeling jadi saya merasa bagus-bagus aja itu terumbu karang. Namun, menurut Tina yang sudah sering snorkeling, terumbu karang di sini kurang sehat, banyak juga yang mati. Yahhhhhh, so sad yahhhh.. Nah, ada spot snorkeling yang disebut Taman Nemo karena banyak ikan Nemo (alias ikan badut). Ikannya saya lihat memang banyak sih. Sayang, lagi-lagi berasa bete karena tidak bisa mengabadikan foto.

Setelah cape snorkeling, alias kecipak-kecipuk berenang sambil lihat bawah laut, kami caw menuju pinggir pantai di Pulau Pahawang Kecil. Hari pun makin siang, kami makan siang di sana, habis makan berenang-berenang kembali. Ohya, di pulau-pulau Teluk Lampung ini banyak dibangun hunian milik pribadi lho ala villa di pinggir pantai gitu. Udah kayak film-film kan. Nah, villa ini dimiliki oleh orang-orang luar negeri. Termasuk di P. Pahawang Kecil terdapat villa kayu yang cantik, bener-bener menghadap laut. Rumah tersebut tidak bisa kita dekati karena ada tali yang membatasi antara pantai sang empunya rumah dengan pantai umum. Wew eksklusif banget!

Villa pribadi Pahawang

Sudah capek dan kulit belang, kami kemudian pulang ke dermaga. Angin cukup besar, kapal pun lebih heboh menerjang ombak. Saya pengen cepat sampai, serem juga bok. Hempas datang lagi, hempas datang lagi *Syahrini mode on. Tiba di dermaga buru-buru cari kamar mandi bebersih badan. Hmmmm.. Segarrrrr.. Main di Pahawang sudah selesai deh. Gak lama, angkot Remon datang kembali menjemput kami, tapi koq dia bawa temannya dua orang cowo-cewe yang nemplok satu sama lain bagai kembar dempet. Perjalanan pulang makin heboh, Remon ternyata minum ciu (arak)! Wanjirrrr.. Ngebut banget ga tau aturan sampai menerjang lampu merah segala, padahal ada polisi yang jaga. Astaga, benar-benar naik angkot Lampung, nyawa kayak dipertaruhkan begitu. Sampai di rumah Icott lega sudah hati ini.

Sampai bertemu lagi laut, ikan, terumbu karang, dan pantai! Pahawang menurut saya cukup bagus, setidaknya meski masih terlihat sampah tapi pengelolaannya rapih dan kondisi alamnya memang indah. Ohya untuk penggemar water sport bisa juga lho main banana boat di Pahawang. Lalu buat yang ingin menginap, banyak penginapan di P. Pahawang Besar, bangun tidur bisa langsung main ke pantai, bisa lihat sunset dan sunrise juga. I give Pahawang 3.5 from 5 stars!

Comments