Perhatian dan Kepo Beda Tipis

Selamat pagi temans! Belakangan ini ada satu hal yang agak mengganggu saya, not a big deal, tetapi cukup bikin geli dan ingin membahasnya lebih lanjut.  Hal ini membuat saya menyadari bahwa betapa tipisnya perbedaaan antara perhatian dan kepo. Tau kepo kan? Kepo means ingin tahu urusan orang lain yang biasanya berkonotasi negatif hahahahah.. Jadi begini ceritanya..

Alkisah ada seorang Bapak punya teman sepergaulan yang juga Bapak2. Sebut aja Bapak A dan Bapak B, Bapak A sungguh suka sekali ngobrol, di lingkaran sepermainannya bisa dibilang dia lah bos nya. Bapak B adalah salah satu teman Bapak A, beberapa bulan ini sedang dirundung masalah keluarga, orangtuanya sakit keras, sudah bolak balik ke rumah sakit sampai ke luar kota penyakit itu tak kunjung jelas. Sepanjang masa sulit ini, Bapak A suka sekali bertanya mengenai keadaan ortu Bapak B, pertama-pertama terlihat perhatian, tapi makin lama kenapa nanya & nasehat nya makin sering dan makin banyak, Bapak B pun terasa kewalahan dengan bentuk ‘perhatian’ Bapak A. Nah, yang jadi pertanyaan, apakah benar Bapak A ini perhatian dengan Bapak B atau ternyata Bapak A hanya kepo aja?

Di Indonesia, memang agak sulit ya membedakan mana orang yang benar perhatian dan mana yang nggak. Saya sendiri sampai saat ini masih bingung. Buat sebagian besar masyarakat kita, perhatian itu adalah menanyakan kabar, tau keadaan hidup orang ybs, dan membantu orang tsb jika ternyata diperlukan. Saking related-nya ‘perhatian’ dan ‘nanya kabar’, setiap ketemu orang pasti nanya ‘Apa kabar?’ Ya memang sih kayak sudah otomatis gitu, basa basi tingkat dasar lah. Jawabannya juga ga ada yang lain selain ‘Baik’. Habis itu percakapan berlanjut atau tidak tergantung kepiawaian berkomunikasi masing-masing orang hahahaha..

Ketika kabar kita memang beneran baik (overall baik-baik aja maksudnya, idup ga ada yang sempurna bro!) sapaan apakabar-kabarbaik itu biasa-biasa aja. Tapi, apabila keadaan idup sedang gonjang-ganjing apakah lalu kita akan menjawab ‘Kabar buruk’? Kebanyakan dari kita akan menjawab ‘Kabar baik’. Lalu lanjutannya, kita terdorong membuat make-up story, which is ngasitau hal yang bagus-bagus aja padahal hati ini lagi meringis. That’s why I hate conversation apakabar-kabarbaik. Endingnya ga jujur dan kebanyakan basa-basi.

Ada koq cara nanya kabar yang menurut saya jauh lebih memberikan kebebasan memilih jawaban. Dengan menggunakan pertanyaan yang lebih to the point kayak misalnya: ‘Oi gimana kuliah?’ atau ‘Halo, sekarang tinggal dimana? Kerja apa?’ setidaknya beberapa pertanyaan ini akan membuat orang lain lebih bebas mengekspresikan jawabannya. Kalau ending-endingnya juga hanya yang bagus-bagus aja yang diceritain, ya well kita kudu memahami bahwa masing-masing orang punya taraf kelonggaran ego yang berbeda-beda, dan kita ga boleh maksa dia untuk membuka diri sepenuhnya.

Balik ke cerita Bapak A dan Bapak B. Ketika Bapak A mulai nanya kebanyakan atau nasehatin mulu, lalu Bapak B mulai risih, nah disini lah perhatian itu berganti jadi kekepoan. Kita suka lupa bahwa diam itu adalah salah satu bentuk perhatian. Dengan kita ga bertanya dan tidak berusaha menasehati, bukannya kita ga peduli. Peduli, perhatian, sayang, whatever istilahnya apaan, ga bisa diukur dengan seberapa banyak kita bercakap-cakap dengan orang ybs. Buktinya banyak juga percakapan yang akhirnya malah jadi sumber kepo, udah bukan murni karena kita perhatian. Bisa aja Bapak A gak sadar dengan apa yang dia lakukan, nah jika menemui orang yang ga nyadar kebablasan kayak gini, apabila kita yang berada di posisi Bapak B, kitalah yang harus men-cut itu. Bisa dengan bilang sejujurnya kalau kita keberatan memberitau atau dengan cara 3B Basa-Basi-Bye contoh: ‘Ya nanti saya beritau lagi’.

Saya punya teman, dia ga pernah tanya kabar saya, tanya kehidupan saya, tetapi saya keep her/him update dengan apa yang saya kerjakan. Ketika saya cerita sama dia juga ga ada perasaan bahwa saya tertuntut untuk menjawab pertanyaannya, atau tertuntut untuk mengabarkan bahwa everything is okay dan hal ini yang membuat saya nyaman. Dan begitu juga sebaliknya, saya ga pernah nanya-nanyain dia, tapi dia cerita banyak. Mungkin, kami ini tipenya sama, lebih suka bentuk perhatian yang macam gini ya, ga suka kalo direcokin kebanyakan pertanyaan. Penting! Untuk mengetahui tipe perhatian bagaimana yang rekan kita sukai, manusia emang beda-beda sob makanya jangan sampai sama-ratain seenak jidat.

Paragraf terakhir untuk posting blog yang ga seberapa ini. Jangan sampai maksud perhatian dan kepedulian yang kita berikan disalahkaprahkan jadi ‘ah ni orang cuma mau kepoin gua doing nih’, so kita mesti tau aturan mainnya dan etikanya terlebih kalau kita ga deket-deket banget sama orang tersebut. Mengeluarkan lebih dari 5 pertanyaan beruntun is sign of kepo men! Ati2 juga kita sama orang-orang yang kepo-kepo doang, bisa-bisa informasi mengenai kita hanya jadi bahan gosipan. Bisa repot lah kalau begini. Hahahahaha.. Ya udah segini dulu aja posting dari saya ya. Wasalam! 

Comments