Pacaran Lama Belum Tentu Jodoh

Seorang teman begitu merana ketika memutuskan hubungan romantik dengan pria yang telah dijalinnya sejak lama. Merana sampai-sampai curhat ke psikolog, ternyata curhat ke teman tidak mempan rupanya membuat hati ananda tenang. Karena pacarannya sudah lama, dia sampai bilang kalau sayangnya dia sudah habis untuk si cowo tersebut. Susah move on. Sampai profpic aja masih pakai foto berdua. Mereka juga masih sering ketemuan. Siapa yang mutusin? Teman saya yang memutus hubungan, alasan jelasnya saya juga tidak tahu. Melihat dia segitu desperadonya, saya jadi kasihan. Betapa sedihnya putus cinta.

Hmmm.. Pacaran 6 tahun, 4 tahun, 2 tahun, tidak menjamin pasangan kita ini adalah sang The One yang dinanti-nanti sejak lama. Hal ini membuat kita berkonklusi kuantitas tidak menentukan kualitas. Jodoh memang misteri ilahi. Banyak contoh di sekitaran kita, dimana orang yang begitu lama kita perjuangkan ternyata dia bukan untuk kita tapi untuk orang lain. Lalu, yang kocaknya, ada orang baru yang datang dan serius, lalu gak pakai lama bisa mengantar kita ke depan meja altar atau meja penghulu. Jeng.. Jeng.. Kenapa yah begitu misteriusnya persoalan jodoh itu.

Saya sendiri memiliki pendapat bahwa sebenarnya The One itu tidak ada. Istilah The One saya pikir terlalu naïf. Kalau menikah sudah bilang pasangan adalah The One, ya wajar lha. Tapi pas pacaran sudah nyebut pasangan adalah The One, eh tunggu dulu bisa jadi ada The One The One lain yang ngantri tapi ga berani deketin karena ada The One yang ono. Hahaha.. Dan ketika menikah pun banyak orang yang berani lirik sana dan sini, lho itu apa kabarnya si The One? Ke laut aja deh The One.


Cerita-cerita soal jodoh memang unik. Ada beberapa cerita menarik dari teman yang menurut saya luar biasa. Cerita ini bikin kita berpikir bahwa memang benar kalau ‘Pacar Lama Belum Tentu Jodoh’. Alkisah seorang cewe memiliki pacar cowo yang gaje banget, suka selingkuh, tapi anehnya si cewe selalu sabar dan menanti sang pacar berubah. Empat tahun lamanya, si cewe ini menunggu, tapi tidak ada perubahan. Lalu mereka putus dengan bertengkar hebat. Sedih? Banget. Untungnya si cewe matanya sudah terbuka. Lalu, kini sudah punya pacar baru yang ouukeee banget dari segi bibit, bebet, dan bobot, setengah tahun yang lalu baru jadian. Juli ini mereka akan menikah.

Banyak versi dari teman lain yang kurang lebih alurnya mirip dengan cerita di atas. Sudah luamak banget pacaran sampai lumutan, ternyata bukan jodohnya juga. Tapi mari diperhatikan, coba kalau si cewe tidak pernah putus dari cowo lama, apa iya dia bakal dapet calon suami yang jempolan banget. Nah, terkadang, kita memang kudu dapat yang pait dulu baru dapat yang manis. Hanya saja banyak orang yang terlalu takut untuk memutuskan hubungan yang sudah lama terjalin. Kalau ternyata penghalangnya sedikit, adem ayem saja ya hubungan ini layak dipertahankan. Tapi semisal, kita mengetahui sang pacar menyebalkan di bertahun-tahun kemudian, kita cenderung untuk menghapus option putus. Alasannya? Mostly karena sudah pacaran lama, sayang kalau tidak diteruskan, sudah banyak yang dikorbankan, sudah kenal baik dengan orangtua, kalau putus sudah tidak punya teman wanita lain dan lain-lain. Lalu, kita sendirilah yang menutup jalan mendapatkan seseorang yang better.

Apakah kita takut putus cinta? Kudunya sih enggak. Ya secara begini sih, buat orang yang sudah dewasa, ketika komit untuk berpacaran, di sisi lain ya kita juga tau bahwa di hubungan ini ada konsekuensi putus. Dan inilah yang sering tidak disadari, berani pacaran tapi takut putus. Padahal ya namanya juga manusia, ada cocoknya, ada juga tidak cocoknya. Nah tinggal kita aja milih, apakah kita mau memahami dan memaklumi kelemahan yang dimiliki oleh pasangan kita. Kalau memang sudah tidak bisa mentoleransi kelemahan pasangan, ya sudah diputus aja dan cari orang baru yang lebih match. Gak apa-apa koq kalau kita desperate karena patah hati, tapi ya habis itu kudu move on apalagi kalau kita putus dari pasangan karena perselingkuhan, matre, atau membawa kita ke pergaulan yang gak kita banget. Alasan yang jelas itu merugikan diri kita sendiri. Ya gak usah juga terlalu lama tenggelam dalam kemeranaan, seperti cerita-cerita di atas, percayalah dan optimis kalau kita akan menemukan pasangan yang jauh lebih worth untuk dibawa ke jenjang selanjutnya.

So, mungkin buat teman yang baca postingan ini dan sedang merasa gundah gulana karena sudah pacaran lama-lama tapi putus. Nikmati proses putus ini sebagai proses pendewasaan, and keep moving on.. Masih banyak ikan di laut lho Mba Jeng & Mas Bro!

pic taken from here

Comments