Yang Namanya Ramalan
Ada beberapa orang yang memang punya kelebihan untuk dapat memprediksi
kehidupan, bisa dibilang feeling dan insting nya sangat amat kuat sehingga dia
bisa menangkap gelombang-gelombang tak kasat mata wuedihhh berat banget yah.
Nah tetapi ada juga yang bisa memprediksi karena lihai menganalisis dan
mengobservasi kejadian-kejadian sebelumnya, maka itu dia bisa ‘melihat’
kejadian yang akan datang, tipe ini lebih bisa diterima oleh akal sehat sih. Tapi
yang mana pun tipenya, saya pribadi percaya ada hal yang begini-begini, hanya
kadang tidak ingin dibawa atau dipikirkan secara berlebihan aja. Ibaratnya
kalau dapat goodnews ya saya senang dengarnya tapi tidak lalu jadi terlena, dan
kalau dapat badnews diterima aja gak usah dibawa pusing.
Keluarga saya bukan keluarga klenik, yang percaya hal-hal berbau
supranatural. Tapi belakangan Mama saya kadang suka berlebihan juga menanggapi sebuah
ramalan, saya jadi bingung nanggepin kalau topiknya sudah ‘kata si X nanti kamu
akan bla.. bla.. dan bla..’. Di lingkungan keluarga saya, ada salah satu Om
yang jago sekali soal beginian, yang sampai sekarang saya terkadang merasa geli
sendiri kalau sudah dengar ramalan-ramalan beliau. Mama Papa saya sudah sejak
lama sering ditebak-tebak berhadiah oleh si Om, dan herannya dalam kurun waktu
tertentu memang hal-hal yang dia prediksi tepat adanya. Sugoi, hebat bener kan.
Saya gak tau juga sih apakah ini sugesti atau gimana, tapi hal-hal yang
ditebaknya adalah kejadian yang cukup spesifik.
Keheranan saya makin menjadi, ketika saya bertemu dengan si Om lalu
biasa lah dia akan membaca-baca saya secara kepribadian dan apa yang akan
terjadi di masa depan, termasuk soal karir dan jodoh. Saya sih sangat curiga,
awalnya Mama Papa saya sudah pernah cerita briefly tentang saya, jadi si Om ini
akan menyimpulkan fakta-fakta yang telah dia terima. Sayang aja kali ini
prediksinya soal ‘me as a person’ meleset, apalagi setelah menebak saya adalah
anak yang rajin belajar dan teratur. Well, saya gak tau juga liatnya dari mana,
kalaupun ada sesuatu yang bisikin, kayaknya tu salah info deh Om. Aslinya, saya
itu laid back banget dan punya sifat menggampangkan sesuatu yang sering membuat
hidup saya sulit sendiri, ditambah dengan kebiasaan prokrastinasi yang sama
besarnya. Lalu sehabis tebak-tebak tentang kepribadian, saya dicoba dibaca,
katanya masa depan saya akan mandiri dan punya pekerjaan yang baik. Well,
mendapatkan informasi seperti ini di kala saya sedang galau-galaunya dengan
masa depan terasa mendapatkan penguatan juga. Makasih banyak lho Om.
Mama saya yang kayaknya keasyikkan ‘diramal’ lalu nanya macam-macam
soal kampung halaman kami, apakah prospeknya bagus, bisnis apakah yang nanti
akan berkembang, apa yang terjadi di kampung bertahun-tahun yang akan datang.
Lalu sampailah pada pertanyaan ‘Adakah dari antara anak Mama Papa saya yang
akan meneruskan usaha keluarga?’ waktu itu saya dan Adek saya juga lagi ikut
nimbrung, pengen tau banget jawabannya. Seolah-olah si Om mengetahui isi otak
kami berdua, Om bilang ‘Tidak ada. Semua akan keluar dari kampung. Mama Papa
tetap berdua jadi penunggu toko’ saya dan Ndut langsung ngakak dan berkomentar ‘Wah
lega yah..’ well, stay di rumah dan meneruskan usaha keluarga adalah nightmare
buat kami semua. Saya sendiri selalu sedih ketika Mama saya selalu menyuruh
pulang dan ketika pulang ‘memprospek’ saya untuk mau meneruskan usaha keluarga.
Saya jadi bertanya-tanya, apakah Mama tidak mau anaknya jauh lebih berkembang?
Apakah ekspetasinya terhadap anak-anak hanya segitu saja?
Ramalan biarlah menjadi ramalan. Dan harus bijak juga ditanggapinya.
Selain pengalaman ramal-meramal oleh si Om, saya juga pernah dengar ramalan via
kartu Tarot, dan juga oleh dukun. Kalo cerita yang tentang kartu Tarot ini ga
terlalu berkesan, karena waktu itu hanya iseng bayar 10ribu untuk minta dibuka
satu kartu dan si pembaca Tarot mendeskripsikannya dengan sangat diplomatis
sekali – nothing personal. Nah kalau dengan dukun ini kocak juga karena bukan
saya yang nanya, tapi ada seseorang yang membenci saya lalu dia datang ke orang
pintar untuk bertanya soal diri saya (saya taunya ini juga karena tidak
sengaja). Sang orang pintar ini membaca bahwa saya adalah orang yang dominan
lalu kalau dekat-dekat dengan saya terlalu lama (misal menjadi pasangan hidup)
orang ini akan mengalami sakit penyakit – lalu dijembrengin lha sakit itu darah
tinggi lha, diabetes mellitus, sakit jantung, gagal ginjal.
Pas saya tau cerita ini, saya mangap. Gilak sakti banget saya sampe
bisa nyebarin penyakit-penyakit kayak gituan. Lagipula soal saya itu dominan,
salah besar abis. Pada kenyataannya saya bukanlah orang yang dominan, saya jadi
dominan hanya pada saat tertentu ketika tidak ada orang lain yang dominan, dan kemudian
saya berperan dominan. Tetapi secara umum, saya tu submissive karena saya cari
aman, saya tidak memaksakan kehendak saya kalau memang tidak fit in, kesannya
dari ramalan itu saya nih saking dominannya sampai bikin orang lain rugi.
Pusing deh difitnah sama dukun. Ya kocaknya, si klien dukun percaya
mentah-mentah dengan perkataan dukun (mungkin sudah langganan kali ya). Saya
gak bisa ngapa-ngapain kalau kayak gini, dukun udah bertindak, untungnya aja
saya ga dikirim penyakit macam-macam. Susah juga kalau terlampau percaya dengan
ramalan, maka saya suka ngomong juga ke Mama saya supaya tidak menanggapi
ramalan terlalu berlebihan, jangan sampai hidup kita tuh bertumpu pada hal-hal
seperti itu.
Bagaimanapun yang menciptakan masa depan kita, adalah kita sendiri
bukan? Jika ada yang bilang Tuhan sudah menggariskan dan sudah mentakdirkan,
tetapi apakah berarti apa yang kita lakukan itu tidak berpengaruh? Kok pasrah
banget kesannya. We all make our own fate. Pendapat saya sih gitu, kalau orang
lain punya pemikiran berbeda juga boleh. Hehehe.. Bye!
Comments