Rainy Day

Indonesia hanya memiliki dua musim, musim hujan dan musim panas, kalo dalam Bahasa Inggris menjadi : wet dan dry season. Jika disuruh memilih yang mana, saya sendiri bingung mau pilih yang mana. Karena di satu sisi, saya suka dengan musim panas yang memiliki awan biru cerah ceria setiap hari, jadi untuk keperluan memotret mendukung sekali. Namun, di sisi lain, saya juga menyukai musim hujan, karena suhu udara menjadi sangat nyaman untuk bekerja. So, why do I have to choose? I just love them both.

Kini, di bulan Februari menjadi puncak dari musim hujan yang telah berlangsung dari bulan November. Kalo waktu dulu di buku pelajaran IPS, musim hujan itu mulai bulan September sampai dengan bulan Maret, dengan puncak hujannya di bulan Desember, namun kini informasi tersebut sudah layaknya diralat. Hahahaha.. Di musim hujan ini, saya sedang duduk di depan layar komputer saya, Elex, yang sudah lama tidak disentuh untuk keperluan ketik-mengetik. Sudah lama juga tidak saya pergunakan untuk keperluan blogging, Well, intinya saya sudah lama tidak menyentuh blog. Mungkin ini ya yang dinamakan hiatus.

Hiatus blog ini saya kira dampak dari banyak kejadian yang menampar saya setahun belakangan. Berbagai drama ala sinetron, yang kalo saya ingat-ingat lagi, saya jadi percaya bahwa apa yang diceritakan di novel dan sinetron itu mungkin ada benarnya juga yah. Hehehehe. Beberapa masalah tersebut mulai dari kehilangan seseorang yang disayangi, beberapa episode bertikai dengan manusia posesif (yang akan saya ceritakan satu postingan sendiri), ganti dosen pembimbing skripsi, mundur lulus sampai injury time, sampai dengan tidak produktifnya saya sehingga harus beberapa kali menelan buah pekerjaan yang mengecewakan. Kalo dibilang tahun kemarin itu susah sekali, ya memang saya sadari, memang sulit.

Banyak kejadian menyebalkan bukan berarti tidak ada kejadian yang membahagiakan. Walaupun di tahun yang sulit, saya cukup bangga bisa menyaksikan secara langsung beberapa teman se-angkatan saya menikah (okay fine saya telah beranjak dewasa). Di tahun kemarin pula saya mengetahui bahwa saya akan punya keponakan. Lalu, beberapa kali saya diberikan kesempatan untuk pergi ke luar kota dalam rangka eksplorasi (baca: jalan-jalan), walaupun bukan ke luar negeri. Bisa menulis untuk buku yang diterbitkan fakultas. Punya kesempatan untuk belajar martial arts. Jadi, saya kira meski berat, tapi ya ada senengnya juga, harus tetap bersyukur dengan segala yang telah terjadi.

Saya jadi ingat, ada seorang teman mengajari saya berdoa, apabila biasanya kita berdoa dengan permintaan ‘Tuhan semoga hari esok menjadi hari yang lebih baik daripada hari yang sebelumnya’ cobalah ganti dengan ‘Tuhan semoga hari esok menjadi hari yang baik seperti hari ini dan kemarin’. Karena sesungguhnya, Tuhan tidak pernah memberikan hari yang jelek ataupun hari yang menyusahkan.

Di musim hujan ini pula, saya memiliki beberapa komitmen. Komitmen untuk menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Komitmen untuk menulis blog kembali bahkan sebuah buku. Komitmen untuk tetap survive di tengah tekanan kehidupan yang makin besar. Saya menganggap beberapa kejadian yang terjadi kemarin itu sebagai : proses menuju pendewasaan, yang oh my God ternyata sakit banget yah, sampai saya harus konsultasi dengan para praktisi di bidang ilmu saya sendiri. Hahahaha..


Akhir kata untuk posting hari yang diguyur hujan ini, terima kasih sekali Tuhan karena saya masih diperbolehkan untuk punya harapan, bahwa selalu ada pelangi sehabis hujan.

Comments