Hidup Ini Butuh Strategi
Pernahkah kamu merasakan bahwa
banyak hal yang ingin dicapai dalam hidup tidak terlaksana sesuai dengan
rencana? Banyak yang meleset, gagal, ataupun berubah ke arah yang tidak lebih
baik? Saya mengalaminya juga, dan hal ini banyak terjadi setahun belakangan,
yang saya sebut sebagai tahun pendewasaan. Entah hal ini terjadi karena apa,
tapi dalam kasus saya, saya tau perkara utamanya adalah karena saya terlampau
malas. Malas untuk mendisiplinkan diri sendiri, berujung pada melonggarkan
tanggung jawab pribadi sampai kebablasan. Saya merasa kecewa terhadap diri saya
sendiri, tapi juga tidak ada perubahan. Saya ingin sekali berubah, beneran.
Sejak dua hari yang lalu saya
membaca sebuah buku, buku ini berjudul “Hidup Sederhana, Berpikir Mulia : P.K.
Ojong Satu dari Dua Pendiri Kompas”. Saya membeli buku ini dari uang angpao
yang diberi oleh Engkong, Mama, dan Kakak saya. Lumayan, buku ini bisa mengisi
kekosongan mental dan rohani. Saya rasa sebagai generasi muda, harus banget nih
baca buku ini. Highly recommended! Nah, gegara membaca buku ini, saya jadi
merasa tertohok jleb jleb jleb.. Saya merasa malu saja, sebagai orang yang
hidup di jaman modern, diberikan banyak sekali kemudahan, tapi justru saya
tidak bisa sekeren Pak Ojong. Pak Ojong selalu penuh strategi dan
bersungguh-sungguh dalam melakukan banyak hal. Saya sendiri? Haduh rasa malas
ini rasanya keburu menutup keinginan membuat strategi. Padahal seperti yang
saya sering obrolkan dengan Marsha, bahwa kami setuju kalau, hidup ini butuh
strategi, bukan sekedar go with the flow.
Saya tidak sepenuhnya menyalahkan
pernyataan ‘go with the flow’ karena ketika ada beberapa kejadian yang terjadi
di luar kontrol kita, pernyataan ini akan menjadi pas karena we can’t do
anything, selain mengikuti alurnya saja. Tapi ada banyak kasus yang perlu kita
tangani dengan pemikiran yang matang dan membutuhkan strategi alias ada tujuan
dan target. Ini lah yang sering kita lupakan. Saya sendiri sering mempunyai
tujuan tapi tidak sungguh-sungguh memikirkan apa saja yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Kita sering sekali terlena dengan angan-angan yang
besar, tapi nol besar dalam prosesnya.
Jika ditarik ke pembahasan organisasi kita sering sekali membuat visi yang
terlalu tinggi, tapi justru misinya terkesan asal nyambung.
Contoh yang paling gampang saja,
di kehidupan sehari-hari yang sering kita temui, sebagai mahasiswa kita sering
mengeluh uang jajan kurang sementara banyak kebutuhan atau punya barang yang
ingin dibeli. Jujur saja, saya juga mengalami hal yang sama, lalu saya
menyadari betapa bodohnya saya. Saya selalu menyesal di akhir bulan, tapi
ketika di awal bulan pas uang jajan datang kembali saya melupakan penyesalan
tersebut dan hal ini berulang di bulan-bulan berikutnya. Padahal saya sendiri mencatat
dengan disiplin berapa uang yang saya keluarkan tiap bulannya, yang seharusnya
bisa menjadi takaran berapa uang yang harus saya habiskan untuk slot slot
kebutuhan tertentu seperti untuk makan, untuk jalan-jalan, untuk kerjaan, untuk
kesehatan, dll. Di sinilah letak plothole nya, saya kurang disiplin terhadap
diri sendiri sehingga terlanjur kalap kalau sudah di awal bulan, tidak belajar
dari yang sudah-sudah.
Dari buku tentang Pak Ojong, saya
jadi ingat lagi mengenai strategi ini. Padahal waktu dahulu saya juga
mempraktekan hal ini, dan tamparan lewat buku ini membuat saya jadi mikir :
kemana aja nih Puji yang dahulu, yang punya strategi, dan bersungguh-sungguh
seperti Pak Ojong? I am still here, dan saya mau berubah demi kebaikan bersama.
Karena perubahan itu tidak pernah terlambat. Banyak hal yang membuat saya jadi
introspeksi diri, kenapa saya begini, saya begitu, kadang rasanya saya begitu
egois tidak memikirkan orangtua dan orang lain. Saya selalu memikirkan
kesenangan diri sendiri, bahkan hanya diri sendiri di masa sekarang bukan diri
sendiri di masa yang akan datang. Why am I so selfish?
Saya ingin jadi seperti Pak
Ojong, yang sadar bahwa kesuksesan itu adalah buah dari proses panjang kerja
keras. Terima kasih alm. Pak Ojong. Dan tidak lupa juga Bu Helen yang telah
mengangkat kisah kehidupan Pak Ojong ke dalam buku untuk menjadi inspirasi bagi
generasi muda. Saya benar-benar tergugah, persis seperti ketika saya SMA saya
begitu terinspirasi dengan Soe Hok Gie. Semangat! Mari membuat strategi!
Comments