Dieng, Kemana Aja?
4 July 2014
Location : Telaga Warna,
Kompleks Candi Hindu Dieng, Kawah Sikidang, Perkebunan Teh Tambi
Hati ini berbunga-bunga sudah sampai Dieng. Bapak Supir berhubung
sudah pernah beberapa kali ke Dieng, untuk lokasi wisata kami serahkan ke beliau,
kami hanya bilang kisi-kisinya saja mau ke sini sini sini, nah Pak Supir
mengurutkan agar ga muter-muter atau bolak-balik jalannya. Ohya, karena kami
datang kepagian jam 8 sudah sampai, jadi kami ga kena penjualan tiket terusan (ada
penjaganya di pinggir jalan) yang harganya 20 ribu/orang - kalau tidak salah
untuk 4 tempat wisata. Menurut Pak Supir lebih murah justru kalau beli tiket
satu-satu, saya sempet ga percaya juga sih hahahhaha.. Tapi ternyata memang
bener loh lebih murah beli satu per-satu, mari kita lihat deh sama-sama, yuk
mari bahas lokasi wisata Dieng:
#1 Telaga Warna
Telaga destinasi pertama kita. Wahahah.. Hayo belum pada mandi, buruan
sekalian nyemplung wkakaka.. Tiket masuk Telaga Warna ini 2000 rupiah saja
(per-orang), uwoowww murahnya ya. Telaga Warna ini kompleks tempat wisata, di
dalamnya bukan hanya Telaga Warna saja, tetapi ada Telaga Pengilon (saudara
kembar tapi tak sama), Batu Pandang
(tempat melihat kompleks Telaga Warna dari atas), Pesanggrahan (rumah kecil
untuk berdoa dan cari wangsit), dan beberapa gua yang katanya punya kekuatan
mistis hehehhe.. Sebenernya sih kami ke sini hanya untuk liat-liat telaganya
saja, tapi sehabis itu masa cuma segini aja, jadilah kami mencoba untuk eksplor
Telaga Warna dengan lebih dalam *halahapaan.
Masuk kompleks nanti kita akan disambut oleh Bapak-Bapak yang
membriefing apa saja yang ada di dalam dan peraturan apa saja yang perlu
ditaati seperti tidak boleh buang sampah, cabut tanaman, ambil batu,
teriak-teriak, dan berbicara kotor.
Selain si Bapak Briefing, kami juga disambut oleh tanaman bebungaan yang
cantik, bunga hortensia. Warna-warni bunganya, ada kuning, biru, ungu, agak
merah, bagus banget deh pokoknya. Baru dateng saja itu bunga-bunga sudah diajak
foto narsis oleh kami-kami ini. Masuk ke dalam sudah kelihatan Telaga Warna
nya, hari ini sedang hijau muda. Kadang warnanya turquoise tajam, kadang jadi hijau,
kadang jadi pelangi, koq bisa warna-warni? Karena ada kandungan sulfur,
intensitas pencahayaan matahari yang membuat danau vulkanik ini terlihat
berwarna-warni.
Di dekat-dekat Telaga Warna ada beberapa dekorasi alami yang asik banget
untuk jadi spot foto, seperti sebuah sampan bambu dan pepohonan rindang. Yang
belum mandi sekalipun, di sini kalau foto terlihat cantik, ya gimana
pemandangan mendukung banget hahahha.. Lalu lanjut jalan ke arah kanan, lurus
saja, nanti kita menemui pana petunjuk - mau naik ke Batu Pandang atau lanjut
ke Telaga Pengilon. Karena kami waktu itu ga ngerti Batu Pandang apaan
(dikiranya susunan bebatuan aja gitu, ternyata bukit kecil untuk lihat kompleks
dari atas, sayang kan ga ke sini) jadi kami memutuskan jalan terus ke Telaga
Pengilon. Awalnya sih jalan masih bagus ya, setapak. Lama-lama koq jalan jadi
kecil. Gak jauh, sampailah kami di Telaga Pengilon yang unik karena biarpun
satu sumber air, air Telaga Pengilon dan Telaga Warna selalu beda warna, aneh
tapi nyata. Telaga Pengilon berwarna bening atau kecoklatan seperti air tanpa
sulfur.
Sesudah puas foto-foto, ada dua pilihan mau balik lagi atau lanjut
muter telaga. Karena kesotoyan kami semua (plis, ini keputusan musyawarah) kami
setuju untuk terus jalan, merasa kalau, ah kalau jalan terus kan sama dengan
muterin lebih deket dong. Jalan-jalan terus kami menemukan Pesanggrahan yang
dikelilingi kebun bunga hortensia, banyaaakkk banget bunganya lebih variatif
daripada yang tadi di depan. Kami kesenengan foto-foto, selfie, macem-macem
deh, norak banget ya kami kayak ga pernah liat bunga. Sudah agak lama di situ,
lanjut jalan. Perjalanan yang kami kira udah deket, ternyata tidak Gaes.. Jalan
setapak menghilang kemudian muncul kubangan-kubangan. Tadinya kecil lama-lama
itu kubangan melunjak. Koq berlumpur dan parah gini. Teman-teman yang rata-rata
pake sandal jepit udah deh ampun-ampunan kotornya, Adek saja juga udah heboh
banget karena alas kakinya kotor. Terus kami mulai desperado, sampai kapan kita
ini bakal jalan kayak gini, mana ga ada rombongan lain hahahha..
Kemudian sampailah kami di sebuah selokan kecil, kayaknya sih gak
dalem, tapi agak lebar ya mau gak mau lompat. Nah di sini lah kehebohan kami
semua, gimana caranya supaya lompat dari itu selokan. Ga terlalu lebar, pasti
bisa dilompatin, tapi kami kan udah ga pernah ya lompat-lompat kayak gini, jadi
kaku deh. Pertama Je2 duluan. lancar berhasil , saya berhasil, lalu lanjut Luci
– Luci heboh takut sempet gak jadi, jadi, gak jadi, akhirnya lompat, Nina
lancar, nah pas Adek saya mulailah berdrama. Adek saja padahal kakinya panjang
banget, dia harusnya ngelangkah aja pasti nyampe, tapi gak tau nih takut
banget. Pas dy mw lompat, eh malah nginjek kayu yang di tengah selokan (dia berasanya
seberat kapas aja), ya itu kayu patah dan kaki Ndut kejeblos selokan untung
udah dipegangin jadi dia bisa langsung naek lagi. Dan yang lebih bersyukurnya
lagi kaki dia kaga kenapa-kenapa hanya kotor parah aja memang.. Hahahaha..
Adohhhh.. Bisa digorok Mama saya kalo Adek saya kenapa-napa.
Di barisan belakang, Cha2 yang preman abis, katanya dia sengaja di
belakang buat keamanan. Babah lompat duluan, pasti bisa lha ya, secara cowok,
terus Vina lepas sandal hahahhaa.. mantaf lompatnya. Baru deh si Cha2. Ya
ampunn padahal yaaa selokan kecil aja kita-kita pada heboh semua. Nah setelah
melalui selokan itu eh ternyata kami sudah sampai di ujung lagi. Sudah
menemukan orang-orang berkeliaran kembali, astagaaaa.. Terima kasih Tuhan nggak
nyasar kita. Habis ini liat-liat gua sebentar, cuci kaki bersih-bersih, dan
kami langsung caw ke lokasi lain. Untung ya tadi sudah sempet makan di warteg
dekat parkiran mobil. Enak dan murah, yang penting kenyang boooo.. tau jalan
segini jauhnya.. Tidak terasa 2 jam berlalu begitu saja di Telaga Warna.
#2 Kompleks Candi Hindu Dieng
Pulau Jawa memang surganya candi ya, dimana-mana ada candi, termasuk
di Dieng, yang di atas gunung begini. Orang jaman dulu demen banget bikin
tempat ibadah di tempat yang susah ditempuh. Jujur aja nih, saya sih ga ada
bayangin ni kompleks candi kayak apaan, kiranya mirip-mirip Borobudur aja gitu,
candinya di tengah dengan kompleks taman seablak-ablak. Eh ternyata, saya salah
besar. Kompleks Candi Hindu Dieng itu keren banget. Candinya bagus,
pemandangannya dapet, dan gak tau ya, di sini tu damai dan tenang banget.
Seriously. Masuk ke sini gratis hanya bayar parkir mobil saja, ada sih
sumbangan sukarela, jadi boleh kasih boleh nggak.
Kompleks candi ini biasa disebut Kompleks Percandian Arjuna. Candi
Arjuna merupakan candi utama, selain itu ada juga candi lain yaitu Candi
Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, dan Candi Semar. Memasuki kompleks
ini, yang pertama ditemui adalah Candi Semar. Ada petunjuk ke lokasi utama
percandian, tinggal kita ikuti saja. Nah di sini lah yang amazing, mungkin
karena bawaan pegunungan ya, di bulan Juli yang katanya musim kemarau aja, di
sini dimana-mana banyak bunga. Dan saya yakin banget, ini tumbuh alami bukan
yang memang sengaja ditanem dan dirawat kayak di Prambanan atau Borobudur.
Pemandangan bukan hanya hijau, tapi berwarna-warni, lalu jalan paving bloknya
rapih menyatu dengan alam, dan yang pasti gak ada sampah. Ya ampun bagus
banget. Di sini juga ada danau vulkanik loh tapi memang tidak sebagus Telaga
Warna dan ukurannya juga kecil.
Jalan kaki kalau lancar 10 menit juga sampai, tapi berhubung kami
nyangkut-nyangkut buat motret-motret semua-muanya. Jadilah jalan jadi 30 menit
sendiri. Memasuki kompleks utama candi, kami dibuat lebih emehzing lagi, ahhh
segernya, pengen guling-guliing di rumput. Candi pun gagah banget berdiri di
atas lahan hijau dengan background pepohonan pinus. God must be crazy! Ini
bagus banget. Liat-liat candi, baca-baca sejarahnya, lalu kami sempat bermain
dengan anak-anak kecil setempat. Mereka lucu banget, ada satu yang pipinya
merah kayak boneka (padahal anak laki-laki). Mereka asik juga diajak ngobrol.
Sudah puas banget moto-moto, kami balik ke mobil dengan langkah gontai, andai
bisa nginep di sini, guling-guling di rumput tiap hari. Hahahah.. Selain
rombongan kami, ada juga rombongan dari mancanegara, ada yang dari Korea, lalu
ada jug bule-bule. Great! Harus banget ke sini!
#3 Kawah Sikidang
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, aktifitas vulkanik di tanah
Dieng memunculkan kawah-kawah, kawah yang paling heboh semburan uap dan
belerangnya adalah Kawah Sikidang. Dia ini adalah kawah yang heboh sendiri.
Karena memang heboh banget ni kawah, sampai kita ga bisa liat bentukan kawahnya
saking ketutupan uapnya sendiri hahahhaha.. Nah, lagi-lagi ke tempat wisata ini
gratis hanya bayar parkir (nasib datang kepagian, untung ya jadinya ga beli
tiket terusan itu hahahaha..). Luci ga ikutan karena pusing kena bau belerang.
Ya udah jadi kami ber7 aja muter-muter liat kawah. Lumayan jalanannya berbatu,
agak licin juga dibagian yang agak basah, lalu ati-ati ada ranjau, jadi ada
kawah kecil-kecil hanya segede jari tangan di jalan menuju Kawah Sikidang si
Raja Kawah. Banyak wisatawan yang nyoba rebus telor dan nyeplok telor di sini.
Hahaha.. Airnya mendidih banget book..
Kami berjalan sambil memakai masker, bau belerangnya kuat banget, tapi
anehnya makin kita mendekat ke arah Sikidang, baunya menghilang perlahan-lahan.
Sesampainya kami di Kawah Sikidang, kami baru sadar, susah ya foto-foto di
sini, uap semua soalnya. Di sekitaran kompleks banyak pipa-pipa raksasa yang
dipergunakan untuk mendistribusi uap kawah menjadi listrik, keren lho. Di kawah
utama sendiri kami gak bisa lama-lama karena suhu agak panas, dan rambut
mendadak basah-basah kena uap juga. Ya sudah capcus kita ke lokasi selanjutnya.
#4 Perkebunan Teh Tambi
Baru tiga lokasi tapi waktu sudah menujunjukkan pukul 3 sore, sudah
waktunya kami pulang agar nyampe Jogja ga kemaleman. Perjalanan pulang harus
melewati jalan meliuk-liuk itu lagi, lalu sebelum sampai Wonosobo ada satu lagi
tempat yang ingin kami kunjungi. Namanya Perkebunan Teh Tambi, saya kira
modelnya kayak di Bandung gitu ternyata agak tertipu internet. Untuk foto-foto
biasa sih ga bayar, karena kebun teh nya di pinggir jalan, jadi mobil melipir
saja parkir di pinggir jalan lalu kami foto-foto 10 menit selesai. Menariknya
sebenarnya ada loh paket wisata yang ditawarkan oleh pengelola kebun teh ini,
jadi 2 hari menginap semalam lalu kita dijamu seperti tamu penting, liat-liat
perkebunan, pabrik, dan menyeduh teh sendiri. Hehehe.. Harganya agak mahal
450ribu/pax sudah termasuk penginapan di rumah kayu dengan pemandangan kebun teh.
Mau coba?
Selesai juga ya liburan singkat bin dadakan ini. Pulang ke Jogja,
sempat makan mampir di Wonosobo, tadinya mau coba Mie Ongklok Wonosobo, eh
malahan tutup tempatnya. Belum jodoh. Sampai Jogja sudah jam setengah 8 malam.
Makasih ya teman-teman yang juga mau ikutan trip ini. Keren banget Dieng, buat
teman-teman pembaca kudu banget deh mampir sini. It’s totally beautiful place!
Comments