The One

“Is he the one?”
Kira-kira dua bulan yang lalu Mr. Ko2, guru les Bahasa Inggris menanyakan hal ini kepada saya. Waktu itu kami sedang berlatih speaking, dan kebetulan topiknya soal romantic partner. Pertanyaan itu begitu simpel. Tapi sulit dijawab. Mirip seperti pertanyaan ‘Kapan lulus kuliah?’ atau ‘Setelah lulus kuliah mau ngapain?’ heheheheee.. Singkat, padat plus menohok. Pulang dari les, saya kepikiran di jalan. Apa iya ya, pria yang saat ini sedang menjalin relasi romantis dengan saya itu adalah benar ‘the one’ atau someone who you want to spend your rest of life with. Atau kalau di film-film princess itu si pangeran berkuda putih-nya. Dan pertanyaan itu kadang terulang dalam pikiran saya, ketika saya dan partner (Mr. TPLP) mengalami masa bahagia ataupun masa suram.


Membicarakan hubungan saya dengan Mr. TPLP adalah sesuatu yang buat saya kadang jadi galau (sebutan khas anak jaman sekarang heheheh..). Karena kami punya banyak sekali PR di dalam hubungan ini. Saking banyaknya PR, saya juga bingung mana yang harus diselesaikan duluan. Terlebih belakangan ini kami memang dalam posisi yang kurang baik. Ibarat kapal, anginnya sedang tidak menentu kemana arahnya. Tidak saya pungkiri sudah beberapa kali saya berpikir untuk menurunkan jangkar dan mengibarkan bendera putih. Saya juga pernah berbicara tentang ini ke Mr. TPLP, namun dia selalu menyakinkan saya bahwa kami bisa melalui semua ini dengan baik-baik saja.

Sampai pada malam ini, dimana kondisi saya sedang tidak baik, saya teringat kembali pertanyaan yang sama. ‘Is he the one?’ dan saya ingin sekali menjawabnya dengan jawaban yang juga sama seperti ketika Mr. Koko menanyakan hal tersebut kepada saya. ‘Yes, he is’.

I wish I could.

best regards,

Comments

apratnyawan said…
cieee puji galau cieee
Anonymous said…
wkwkwkwk.. iya nih, tak biasa nya saya galau ..
rania said…
hai puj, gw pernah mengalami kegalauan yang sama tuh. bahkan kadang suka kepikiran sampe sekarang. dulu gw sampe mewek-mewek saking puyengnya mikir itu loh. Masalah sih pasti ada aja, gimana kita bisa mengkomunikasikannya aja dan tau diri (mengakui kesalahan dan minta maaf lalu berubah)
atas kegalauanku itu dia bilang, ga ada yang tau masa depan kita gimana
(last forever or not), tapi gw mau coba menjalani, toh kita jadi bisa sama-sama belajar kan. Jadi puj, gw pikir..kesempatan apa yang dikasi Tuhan, di jalani semaksimal mungkin. Jadi, love yours, but let God decide :)
Good luck Pujjj
Anonymous said…
Tengkyuuu bangettt Rani.. :)
aku setuju, soal kesempatan yg ada itu dijalani sebaik-baiknya.. Pencerahan banget ni komen muuu..