Belanda, Pionir Pendidikan Individu Berkebutuhan Khusus
Berbicara mengenai kepiawaian
negeri Belanda dalam merintis sesuatu tidak jauh dari hal-hal yang berbau
teknologi. Sebagai negara dengan julukan “low country” akibat dari permukaan
tanahnya yang rata-rata 1 meter lebih tinggi dari permukaan laut, tentunya
Belanda memiliki cara tersendiri untuk membuat negaranya tetap dapat ditinggali
dengan aman dan nyaman, seperti pembuatan tanggul afsluitdijk yang tidak usah
ditanyakan kemampuan fantastisnya. Selain itu, Belanda pun piawai dalam hal
teknologi kesehatan, terbukti dengan kehadiran para pakar vaksin dari negeri
Belanda yang terkenal akan keahliannya, semisal Prof. Jan Hendriks. Di bidang
lain, seni dan kebudayaan, Belanda pun memiliki peran yang besar, tak heran
apabila kita berkunjung ke Belanda menjadi hal yang wajib untuk berkunjung ke museum-museum
Belanda dan pameran instalasi seninya, beberapa yang terkenal ialah Anne Frank
House, Mauritshuis Museum, Rijks Museum.
Namun, tahukah teman-teman bahwa
selain piawai dalam merintis beberapa hal yang telah disebutkan di atas,
Belanda juga menjadi pelopor dalam bidang pendidikan? Lebih detailnya dalam
pendidikan individu berkebutuhan khusus (IBK).
Masih teringat dalam benak saya, beberapa
bulan yang lalu tepatnya di bulan Januari 2013, Pusat Studi Individu Berkebutuhan
Khusus (PSIBK) milik universitas saya mengadakan sebuah pelatihan untuk
guru-guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk
meningkatkan kompetensi guru-guru SLB mengingat kurangnya kompetensi yang
dimiliki pendidik IBK di Indonesia. Pelatihan ini tidak hanya diikuti oleh guru
SLB yang berdomisili di Yogyakarta, tetapi juga guru-guru dari daerah lain
seperti Semarang, Jakarta, dan Malang. Menarik bagi saya, bahwa kegiatan ini
didukung oleh sebuah organisasi sosial asal Belanda yang memiliki perhatian
khusus bagi para IBK, bernama Kentalis International Foundation. Dalam
pelatihan ini, trainer (pelatih) nya ialah orang Belanda dari organisasi
tersebut.
Lalu, yang jadi pertanyaan selanjutnya, mengapa dukungan datang dari negara Belanda?
Melihat sejarahnya, baru saya
ketahui pula, ternyata Belanda memiliki peran besar dalam mempelopori pengembangan
SLB di Indonesia. Diawali dengan didirikan yayasan untuk individu tuna netra tahun
1901 oleh seorang dokter berkebangsaan Belanda bernama Dr. C. H. A. Westhoff di
Bandung. Lalu, tidak sampai di situ saja, setelah itu muncul pula rumah tuna
grahita serta sekolah tuna rungu – wicara di kota yang sama. Singkat cerita,
dari situ lah awal kepedulian bagi IBK di Indonesia muncul. Misi yang diemban
yaitu membuat IBK dapat hidup mandiri dan mampu mengurangi ketergantungannya.
Namun, tidak hanya sampai di situ
saja alasannya. Di negara asalnya, semangat Belanda dalam mendidik IBK terlihat
pula dalam pengembangan sistem kemudahan akses bagi IBK. Salah satunya adalah
kehadiran dari Netherlands Knowledge Center for Deaf-Blindness (LED), yang
memiliki misi mengembangkan IBK ke arah kehidupan yang lebih baik, termasuk
pada penyediaan sistem transportasi yang ramah IBK, seperti pemasangan sensor
bunyi di lampu merah, lalu pembuatan jalan umum dengan lantai pengenal untuk
tuna-netra, kewajiban penyediaan jasa lift untuk IBK oleh pengelola gedung di
sana, sampai ke pengembangan bahasa isyarat demi kelancaran komunikasi
tuna-wicara. SLB di Belanda pum menerapkan sistem sekolah inklusi yang memungkinkan murid IBK juga berinteraksi dengan murid biasa, dengan begitu diharapkan IBK memiliki kemampuan adaptasi yang baik.
Dukungan pun tidak hanya sampai di sana, pemerintah Belanda memliki komitmen dalam mengurus dan menjamin kehidupan IBK. Di Belanda, sudah kewajiban negara untuk mengayomi mereka sehingga hidup mereka sejahtera tak ubahnya orang lain yang normal. Selain itu, Belanda juga salah satu negara yang rajin mengadakan consortium dalam bidang ini.
Dukungan pun tidak hanya sampai di sana, pemerintah Belanda memliki komitmen dalam mengurus dan menjamin kehidupan IBK. Di Belanda, sudah kewajiban negara untuk mengayomi mereka sehingga hidup mereka sejahtera tak ubahnya orang lain yang normal. Selain itu, Belanda juga salah satu negara yang rajin mengadakan consortium dalam bidang ini.
So, kurang apa lagi Belanda dalam
menggagas ide-ide yang memajukan dan menakjubkan. Belanda dapat menunjukkan bahwa ia mempelopori banyak hal di berbagai bidang. Saya berpikir, menjadi sangat pantas apabila Belanda dijuluki negara pionir.
Referensi artikel :
http://asepyana666.blogspot.com/2013/02/sejarah-slb-di-indonesia.html
https://www.european-agency.org/country-information/netherlands/national-overview/special-needs-education-within-the-education-system
http://utopiamilikgheetha.blogspot.com/2012/10/sebuah-cerita-dalam-keheningan.html
Refernsi gambar :
http://www.annesullivan.ie/deafblindness.html
https://www.european-agency.org/country-information/netherlands/national-overview/special-needs-education-within-the-education-system
http://utopiamilikgheetha.blogspot.com/2012/10/sebuah-cerita-dalam-keheningan.html
Refernsi gambar :
http://www.annesullivan.ie/deafblindness.html
Posting ini diperuntukan Nuffic-Neso Kompetiblog 2013
Comments