Cacing Sekuel 2

Siang kawand2!
Siang ini saya ingin me-review buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.
Again???
Ini buku yang kedua.
Sebenarnya kurang lebih ceritanya mirip seperti buku yang pertama. Sama-sama cerita tentang kehidupan dan meaning di balik itu. Masih sama juga dengan pola tutur kata Ajahn Brahm yang penuh kelakar. Dalam buku ini total ada 9 sub-bab.

Menurut saya, hasil membaca dari buku kedua ini bukan saja mendapatkan insight mengenai bagaimana kita melihat sisi kehidupan dengan cara pandang lain. Namun juga mendapatkan pengetahuan mengenai Buddhist dan fenomena kultural yang terjadi pada Buddhist dan agama secara universal. Contohnya saja, ada salah satu cerita Ajahn Brahm dimana ia mengkritisi praktik pengadaan upacara pada agama. Dia bilang upacara diciptakan untuk membantu manusia menghadapi situasi tertentu. Namun tidaklah ada ketentuan bahwa itu harus diulang berkali-kali dan menjadi suatu keharusan. Parahnya lagi jika ada yang bilang apabila tidak mengikuti seremonial tertentu maka bisa masuk neraka. Jadi pertanyaan, yang terpenting itu upacaranya atau batin kita. Menurutnya, jika berguna untukmu, lakukanlah upacara tersebut, tapi jika tidak, ya tidak usah.

Selain itu, Ajahn Brahm juga bercerita mengenai umat Buddha yang suka sekali mengundang biksu ke rumah dan minta dibacakan paritta*. Kalo hanya satu-dua ini masih wajar, namun jika sampai ada yang mengundang 5 biksu dan minta dibacakan paritta semalaman dengan tujuan agar tidak kalah dengan tetangganya yang kemarin mengundang 4 biksu, tentulah ini sudah tidak wajar. Dari cerita ini saya jadi ingat teman saya yang beragama Kristen bercerita mengenai kebiasaan gereja Kristen dalam membuat kebaktiannya dengan nuansa karismatik. Dia bertanya-tanya, sebenarnya dalam kebaktian karismatik, ketika jemaat menangis (dan meraung-raung) itu karena lekatnya dan integrasi hubungan dirinya dengan Tuhan atau malah (just) karena musiknya? Well, mungkin memang ada beberapa praktik dalam keagamaan yang harus kita kritisi. Agar kita tidak terjebak pada ‘keharusan’ seremonialnya dan ga nangkep makna dari agama ini tu apa.
*paritta: semacam doa dalam agama Buddha

Cerita lain yang bagus menurut saya yaitu cerita nomor 93 yang berjudul Kanker dan Keheningan. Ajahn Brahm bercerita mengenai salah satu peserta meditasi yang berhasil sembuh dari kankernya. Orang tersebut ternyata mempraktekkan ‘menjadi hening’ ala meditasi. Saya jadi berpikir, apabila kanker yang segitu sulitnya sembuh saja bisa dijinakkan dengan menjadi hening, hal-hal lain mungkin bisa diatasi pula dengan hal yang sama. Mungkin, mekanismenya mirip dengan orang yang emosi nya sedang meledak-ledak, marah dan negatif sehingga tidak bisa mengerjakan pekerjaan dengan baik. Ketika ia sedikit memundurkan diri untuk menjadi tenang, pekerjaannya pun berangsur-angsur pulih jadi baik lagi seperti semula. Aihhh.. Saya jadi tercubit karena sudah lama tidak berdoa dengan benar dan khusyuk.

Yap, begitulah review buku siang ini. Senang bisa berbagi apa yang telah saya pahami dari buku yang sayang baca. Honestly, saya sudah baca buku ini lama sekali akhir Oktober tapi baru punya waktu dan membahas ini di bulan Desember. Hmmm.. Baiklah.. Selamat memaknai hidup teman-teman!


Citation

Title : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2
Writer : Ajahn Brahm
Publisher : Awareness Publication
First Publishing : Maret 2011
Page : 340
Genre : Motivational
Puji Wijaya Rating : ☺☺☺☺ from 5

Comments

Unknown said…
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m