Selo dan Slow
Selamat sore.
Hal ini juga berdampak ke relasi sosial. Tiap hari Jumat saya ada acara ke kampus untuk ikut nimbrung di acara kelompok belajar seorang ibu dosen di kampus, lalu setelah itu ada acara kumpul dengan Skripsi Support Group (Tinna & Dicky), sebuah kelompok yang mengemban misi memotivasi dan mengkritisi skripsi dari anggotanya. Oke, jujur, saya menunggu hari Jumat, karena hal ini. Rasanya seperti habis meditasi berabad-abad, sekalinya ketemu dengan orang, saya jadi pengen ngobrol terus. Hari Jumat juga jadi spesial karena di hari ini saya bertemu dengan Mr. TPLP, my match. Kami hanya bertemu 1-2 kali seminggu, biasanya Jumat buat makan malam bersama atau Minggu untuk ke Gereja dan jogging. Saking jarangnya kami bertemu, kadang orang bilang “kalian nih pacaran ato gak sih?” hahahahahahahaa…
Hari ini seperti biasa saya menjadi penunggu kos seharian, dari pagi
sampe dengan malam nanti. Huahauhauahua.. Maklum pengangguran. UThe itu tugas
yang tak kelihatan, meski setiap hari ada saja saya merawat UThe dengan penuh
kasih sayang, tetep ajah saya ngerasa pengangguran. Namun, banyaknya waktu yang
saya punya ternyata ada hikmahnya juga, pertama : kamar saya menjadi lebih terawat
karena tiap hari saya bersiin, kedua : cucian baik pakaian maupun alat makan ga
pernah numpuk karena saya selalu cuci mereka dengan segera, ketiga : saya punya
banyak waktu buat baca buku, keempat : makan saya jadi teratur sehari 3 kali
dengan menu yang variatif. Pada intinya selama mengerjakan UThe saya tidak
merasa stress berlebihan, hidup saya malah jadi teratur.
Mengerjakan UThe juga memberikan dampak pada mobilitas hidup saya
sebagai individu. Kalo dulu dalam satu hari saya bisa loncat 3-5 lokasi dalam
sehari, sekarang, 2 lokasi pun sudah syukur sekali. 2 lokasi itu ya
laboratorium saya (kamar kos saya) dan perpustakaan kampus yang jaraknya cuma sekitar
500 meter dari kos. Saya sampai punya tempat khusus di perpustakaan yang
dinamai oleh seorang teman “Puji’s Sacred Room”, tepatnya di ruang buku
referensi yang isinya kamus dan ensiklopedia. Jadi, jika ingin menemui saya,
kalo ga di kos ya di perpus gitu. Paling parahnya saya pernah hanya di kos
seharian, makan pun harus pake delivery order (parahnyaaa…), untung kamar mandi
saya ada di luar kamar, jadi saya tetap ada keluar kamar sekali-kali untuk
urusan biologis. Gak kebayang, saya jadi kayak orang hikikomori, yang hidup dan
mati di kamar, bedanya kalo hikikomori buat nonton anime, kalo saya untuk
mengerjakan UThe.
Hal ini juga berdampak ke relasi sosial. Tiap hari Jumat saya ada acara ke kampus untuk ikut nimbrung di acara kelompok belajar seorang ibu dosen di kampus, lalu setelah itu ada acara kumpul dengan Skripsi Support Group (Tinna & Dicky), sebuah kelompok yang mengemban misi memotivasi dan mengkritisi skripsi dari anggotanya. Oke, jujur, saya menunggu hari Jumat, karena hal ini. Rasanya seperti habis meditasi berabad-abad, sekalinya ketemu dengan orang, saya jadi pengen ngobrol terus. Hari Jumat juga jadi spesial karena di hari ini saya bertemu dengan Mr. TPLP, my match. Kami hanya bertemu 1-2 kali seminggu, biasanya Jumat buat makan malam bersama atau Minggu untuk ke Gereja dan jogging. Saking jarangnya kami bertemu, kadang orang bilang “kalian nih pacaran ato gak sih?” hahahahahahahaa…
Aaaaaaaaaaaa.. Hidup sayaaaaaa.. Walaupun mobilitas rendah, relasi
sosial menurun, kemalasan juga kadang melanda, tapi tetap ada baiknya juga.
Sepertinya saya mulai beradaptasi dengan gaya hidup baru ini. Selo* dan slow. Slow but sure yaaaaa..
*Selo bahasa Jawa dari ‘luang’ merujuk pada waktu
best regards,
puji wijaya, the new Snorlax?!
Comments
Happy birthday, Mama ^^
-cicimu-