Bukan Sekedar Cacing Biasa

Sebuah Review Buku

Selamat siang. Hyeaaaaa.. Review buku lagi ni. Kenapa saya jadi sering review buku? Berhubung waktu saya memang agak luang semenjak mengerjakan U-The ini, saya jadi sering habis akal untuk isi waktu. Jadilah saya kutu-buku wanna be, tiap hari kalo tidak baca artikel internet, baca jurnal, baca majalah ya baca buku. Hehehehehe.. Di satu sisi, menyenangkan juga sih baca buku, waktu-waktu membaca yang dahulu hilang sekarang bisa saya dapatkan kembali hehehehehe..

Buku yang selesai saya baca kali ini adalah Si Cacing dan Kotoran Kesayangan, telat juga sih saya baru baca sekarang. Buku ini sudah booming dari tahun-tahun kemarin, tapi saya baru baca sekarang-sekarang ini hehehe.. Buku ini ditulis oleh Ajahn Brahm, seorang guru Buddhist, pertapa, penceramah, motivator mungkin sekaligus penghibur kali yaaa. Tidak seperti buku-buku motivasi lainnya yang sangat menggebu-gebu, penuh kata-kata pembangkit semangat, dan kadang melupakan sense of humour, buku ini terlihat sangat bersahaja dan merakyat tetapi tetap kena esensi nya. Lebih enak memang membaca buku ini tidak sekaligus satu kali baca habis, karena tiap bagiannya selalu memunculkan perenungan tersendiri. Seperti contohnya ketika saya membaca bagian ‘Masalah Kritis dan Pemecahannya’ sedikit menggetarkan pas menyelesaikan bab ini. Saya seperti flashback ke kejadian-kejadian hidup yang menurut saya cukup sulit dan kritis, lalu kroscek, dahulu saya mikir/melakukan seperti itu apa tidak yaaaa.

Cerita lain yang mengena juga dari buku ini adalah cerita mengenai bata bagus dan bata jelek. Dan entah mengapa saya merasa kisah bata ini menjadi benang merah antara satu bab dengan bab lainnya. Singkat ceritanya, ketika Ajahn Brahm membangun kuilnya (karena mereka miskin jadi tidak bisa sewa tukang bangunan) bersama teman-temannya. Ajahn Brahm tidak sengaja keliru menyusun dua buah batu bata (jadi miring gitu posisinya). Ketika bangunan sudah jadi, beliau selalu tidak suka ketika melihat tembok itu. Lalu, pada suatu hari, ada seorang pengunjung kuil yang bilang kalau tembok itu bagus. Ajahn Brahm ga percaya pada awalnya, tapi setelah kejadian ini beliau jadi merenung. Mengapa hanya melihat dua bata yang jelek itu, tidak melihat ke 998 bata yang bagus lainnya.

Refleksinya sama seperti di kehidupan kita, yang terkadang terlalu berlarut pada kejadian yang jelek, yang mengecewakan, padahal selain kejadian ga enak itu, banyak kejadian menyenangkan lain yang notabene ketutupan gara-gara kita terus-terusan mikirin kejadian yang menyebalkan. Sama juga pas kita ga suka sama temen kita/pasangan kita/orangtua kita, pas sebel banget mesti yang diinget jelek-jeleknya tapi ga mikir kalo sebenarnya dia tuh orangnya banyak baiknya juga, ga cuma nyebelin aja. Kita selalu banding-bandingkan dengan yang sempurna. Padahal mau gimana juga, nobody’ and nothing’ perfect in this world. Jadi, penilaian terhadap itu, tergantung kita mau lihatnya dari sebelah mana. Dan saya setuju, kalau kita melihatnya dari 998 bata yang bagus itu, ga hanya lihat 2 bata yang jelek.

Overall, saya suka sama buku ini dan berniat untuk baca buku-buku Ajahn Brahm yang lain. Menarik. Dulu saya sempat pesimis pas lihat buku ini di toko buku, apa sih ni buku koq gambarnya cacing-cacing gitu. Ketika baca cerita terakhir mengenai si cacing, jadi tau deh maksudnya. Hmmmm.. Penasaran kan apaan. Hahahahaaa.. Semoga resensi buku ini bisa membuka hati teman-teman yang belum baca buku ini. Okay.. Okay.. Jadi, besok buku apa lagi ni yang mau saya review.. :)

Oya, info lebih lanjut mengenai buku Ajahn Brahm bisa dicek juga lewat www.sicacing.blogspot.com 


Citation

Title : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
Writer : Ajahn Brahm
Publisher : Awareness Publication
First Publishing : Australia 2004, Indonesia April 2009
Page : XVI + 307
Genre : Motivational
Puji Wijaya Rating : ☺☺☺☺ from 5 

Comments