The Seed Sowers Travel – The Day of Rempong

Day H-1
5 July 2011
Location : Paingan dan sekitarnya, Mrican, dan rumah Nino & family


Nervous!
Satu kata yang mendeskripsikan hari itu. Ga tau napa saya merasa gugup. Padahal besok saya akan melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama teman-teman. Rasanya pengen pulang ke rumah dan ga jadi pergi. saya excited siiii tapi koq yaaaa cemas juga, yang menyebalkannya lagi saya ga tau apa yang saya cemasin. Hadeeeuuhhhh..

Pagi hari di tanggal 9 ini, saya, Nino, dan Dicky berencana untuk pegi menukar uang rupiah kami ke dalam bentuk SGD (Singapore Dollar). Tidak banyak yang ditukar, saya sendiri hanya menukar 300ribu rupiah, sebagai uang pegangan untuk beli oleh-oleh. Yang lain kan sudah diatur dalam uang bersama jadi saya tidak perlu repot untuk bawa uang lagi banyak2. Kami berencana menukar uang ini di money changer di Malioboro, menurut pengalaman saya si kurs beli di sini lebih rendah daripada di tempat lain. Akhirnya setelah sedikit kami berbincang-bincang mengenai keuangan, kami pergi ke tempat tersebut dan pulangnya kami masih harus mengurus beberapa hal terkait dengan usaha dana ; jasa clothing provider yang kami miliki.

Ga kerasa tiba-tiba hari sudah gelap. Dan di waktu itu, saya harus mengalami kerempongan mendadak. Dalam kondisi belum mandi, kelaperan dan packing masih harus diurus. Tiba-tiba masuklah sebuah SMS ke hape saya, pengirimnya adalah seorang mahasiswa yang menanyakan kabar kaos panitia XXX yang kami urus. Urusan kaosnya memang sudah beres tapi kaos tsb kami bagikan tanggal 11 Juli di Kampus Mrican jam 9 pagi -1 siang. Setelah memberitau info demikian, si pengirim (sebut saja namanya A) ternyata membalas SMS tersebut dengan kurang bersahabat (saya merasa ada nada sindiran di SMSnya) dan dy bilang dy ga bisa ambil kaosnya tanggal segitu karena posisinya dy sdg plg kampung. Lalu, saya kasih dy alternative “gmn kalo brgnya kami kirim ke tempat ybs?”. Trus dy ga jawab pertanyaan dan malah memberikan opsi lain yaitu “dianter ke kos saya saja di Jalan XXX Gg. XXX”.

Dan memang ya dasar, saya itu orangnya suka kasian. Jadi dengan bodohnya saya menyanggupi akan mengantar kaos ke kosnya dan menitipkannya ke teman kos si A. Saya baru sadar ini bukan keputusan tepat, ketika saya cerita ini ke Nino & Dicky. Nino bilang “kita bukan pengantar barang lho Ci Puj! Kita cuma bantu ngurusin bikin kaos doank, tapi ga pake acara nganter” at this time I realized that apa yang saya putuskan memang bukan sesuatu yang baik. Dan hal ini membuat saya mikir : bagaimanapun juga dalam memutuskan sesuatu kita harus berdasar, liat dlu kepentingan kita tu apa si, jangan melakukan sesuatu kepada orang lain hanya karena kasian, hal itu mungkin memudahkan dy tapi ini akan meyusahkan diri sendiri. Hmmmmm.. 1 pelajaran berarti sebelum saya terbang meninggalkan Indonesia untuk sementara waktu.


Selesai dengan rempong session ini, Dicky dan saya pergi ke rumah Nino untuk menginap, sudah dengan membawa berbagai macam peralatan tempur yang dipack rapih dalam 1 buah tas ransel (kami pake penerbangan murah yang ga pake baggage, jadi kami mengandalkan kabin saja ehhehhehe.. Mantaf! AirAsia.. Murahnyaaaa..).
Dan.. Hmmm.. Malam itu, saya merasa lebih tenang, tidak lagi gumas (gugup-cemas). Ahahhahahah..
Teman2, mari besok kita menuai apa yang telah kita sebarkan..
Semangat!!!!

Comments