Patient

Patient? Sabar?

Yaaaaa.. Bersyukur karena Tuhan memberikan manusia kemampuan bersabar.

Baiklah, ini adalah kelanjutan posting saya pada hari Senin lalu. Ahahahhaaaa.. Akhirnya saya bertemu dengan Mas Vendor X dan saya (beserta dua partner luar biasa saya) mengobrol banyak dengannya. Saya tadinya mau marah-marah apalagi setelah dia bilang dia memundurkan waktu pertemuan kami (tadinya jam 4 sore, jadi jam 6 sore) padahal saya masih punya kewajiban belajar 2 mata kuliah yang esok harinya ujian dan 1 buah tugas yang harus kudu dikerjakan, malam pun saya masih harus ke kos teman untuk mem-fix-kan tugas kuliah saya untuk hari berikutnya. Oh-em-ge.. Lagi2 karena saya tidak tega-an jadi gajadi marah-marah. Apalagi melihat keadaan Mas X dengan mata sayu2 kurang tidur, sepertinya dia cape sekali.. Saya dan kedua teman saya bersabar dan mendengarkan cerita Mas X.

Saya, percaya, pada suatu masalah pasti ada sebab tertentu, mirip seperti perilaku manusia pasti ada maksud tertentu dibalik perilakunya.

Setelah mendengar cerita Mas X yang ternyata kontrakan tempat dia tinggal dulu tiba2 digusur sama juragan kontrakan (sebutan mafia lebih cocok deh kayaknya), dengan maksud dijadikan pancingan agar kontrakan lain yang berada di depan segera pindah juga, si mafia katanya mau menjual tanah tersebut untuk beli mobil mewah baru (non-sense, gilak ya ne orang). Dan ini bukan cerita mengada-ngada, buktinya tepat di depan kami duduk-duduk, biasanya ramai dengan motor berjejeran, parkir dengan asal-asalan karena pemiliknya ingin cepat-cepat main game online di warnet di depannya. Sekarang, pemandangan yang kami lihat, sunyi senyap.

Jadi posisi Mas X sekarang: baru pulang dari Semarang, malam2 di-SMS suruh pindah, cape angkut-angkut barang, dan belum punya tempat tinggal tetap akhirnya numpang di tempat temennya lalu masih harus berurusan dengan kami – tiga anak ingusan di dunia bisnis konveksi. Di tengah keadaannya yang geje begitu, Mas X masih bisa bercerita tentang runtutan masalah kaos kami yang macet di penjahit dan cerita-cerita lain mengenai bisnis konveksi dan he still gives us smile.

Dari Mas X, saya semakin menyadari bahwa menjalani sesuatu itu pasti ada saja penghalangnya. Tapi kalo kita kalah dengan masalah, apakah kita bisa maju? Jawabannya tidak. Kita memang harus facing that problem. Selama kita tidak bersalah, janganlah takut untuk menghadapi itu. Lalu, dari kedua partner luar biasa saya, Dicky dan Nino, saya belajar bahwa memiliki iman itu adalah hal yang penting dan membuat kita lebih kuat.

Hal-hal inilah yang saya bawa pada saat bertemu dengan panitia yang memesan kaos kami, dua hari setelah pertemuan tersebut (kemarin tepatnya). Awalnya nervous, tapi mengingat pertemuan saya dengan Mas X dan melihat teman-teman, saya seperti mendapatkan semangat. Pada akhirnya, semua berakhir dengan damai dan lancar, panitia juga setuju dengan kompensasi keterlambatan yang kami berikan dan tawaran bantuan dalam pendistribusian barang kepada pembeli. Thanks God juga, karena mereka masih bisa bersabar kepada kami, dan begitu juga pembeli, mereka juga bersabar kepada panitia.


Malam ini.
I feel.. LEGA.. Thanks God.

Karena kami semua masih diberikan kesabaran.

Kalo mengingat-ngingat yang kemarin rasanya sulit sekali. Sekarang keadaan saya jauh lebih baik dan saya jadi lebih bersemangat. Bersemangat untuk proyek-proyek dan step-step membahagiakan selanjutnya. Ahahahaha.. Saya juga merasa didewasakan dengan masalah ini, tepat seperti yang saya minta kepada Tuhan ketika saya berdoa. I know, pray is about opportunity  seperti yang sudah saya tulis di posting sebelumnya.

Oya, dari masalah ini juga saya belajar mengenai:
Belajar entrepreneurship itu seperti belajar berenang dan pengalaman bermasalah itu seperti pelampungnya. Agar bisa berenang kita harus terjun ke kolam renang, tapi sebelum terjun, jangan lupa dengan pelampung. Nah, now, kami memiliki pelampung, tidak akan tenggelam lagi.

Regards
puji wijaya, in a long road to be ‘someone’

Comments